Usaha Lesu, Pelaku UMKM Gunungkidul Diminta Andalkan Medsos untuk Bertahan
Pelaku UMKM di Gunungkidul terpukul oleh Pandemi COVID-19, ditambah dengan kebijakan PTKM yang berjalan sejak awal 2021 ini
Penulis: Alexander Aprita | Editor: Kurniatul Hidayah
TRIBUNJOGJA.COM, GUNUNGKIDUL - Pelaku UMKM di Gunungkidul terpukul oleh Pandemi COVID-19, ditambah dengan kebijakan PTKM yang berjalan sejak awal 2021 ini.
Namun, mereka diupayakan agar tetap bertahan dalam situasi serba sulit.
Plt Kabid UMKM, Dinas Koperasi dan UKM (Dinkop) Gunungkidul, Esti Rukmi Pratiwi mengatakan pihaknya menyarankan pelaku UMKM mengandalkan media sosial (medsos).
"Saat pandemi seperti ini, pemanfaatan medsos untuk pemasaran terbilang lebih efektif," katanya, Rabu (24/02/2021).
Baca juga: Atasi Potensi Cuaca Ekstrem, BPBD Kulon Progo Siapkan Langkah Antisipasi
Dinkop Gunungkidul sendiri sudah melakukan pelatihan pada pelaku UMKM mengenai pemasaran lewat medsos ini.
Itu sebabnya Esti berharap medsos lebih dimanfaatkan lagi.
Terlepas dari itu, Dinkop Gunungkidul rutin menginformasikan berbagai program bantuan yang bisa diakses pelaku UMKM.
Adapun program tersebut berasal dari pemerintah pusat.
"Kami informasikan secara daring, Banpres Produktif Usaha Mikro (BPUM). Bentuknya tunai," jelas Esti.
Menurutnya, seharusnya ada pelatihan rutin yang digelar demi meningkatkan kompetensi pelaku UMKM.
Namun situasi pandemi ditambah kebijakan PTKM membuat kegiatan praktis berhenti sementara.
Esti mengungkapkan, saat pelatihan kontak antar peserta tak bisa dihindarkan. Mengingat terdapat praktek langsung dan bisa berjalan hingga 3 hari.
"Kami harap pelatihan bisa segera dilakukan kembali begitu situasinya memungkinkan," katanya.
Baca juga: Masih Ada yang Takut Disuntik Vaksin Covid-19, Sosiolog: Perlu Sosialisasi Terus Menerus
Pemasaran secara online lewat medsos ini juga diupayakan oleh Suti Rahayu, salah satu pemrakarsa UKM Putri 21.
Produk yang dijual berupa mi serta beras berbahan dasar tepung singkong (mocaf).
Ia menuturkan, sebelum pandemi menerpa omset penjualannya bisa mencapai jutaan rupiah per hari. Namun kini hasil penjualan mengalami penurunan hingga 50 persen.
"Kami upayakan produk yang dibuat tetap laku terjual lewat pemasaran online ini," kata Suti. (alx)