Terdampak PTKM, Pendapatan UMKM di Gunungkidul Menurun

Pandemi COVID-19 yang terjadi sejak awal 2020 lalu telah memukul banyak sektor usaha, termasuk pelaku UMKM.

Penulis: Alexander Aprita | Editor: Kurniatul Hidayah
TRIBUNJOGJA/ Alexander Ermando
Usaha Walang Kaos Gunungkidul yang dijalankan Etik Diana di Kalurahan Karangtengah, Kapanewon Wonosari. 

TRIBUNJOGJA.COM, GUNUNGKIDUL - Pandemi COVID-19 yang terjadi sejak awal 2020 lalu telah memukul banyak sektor usaha, termasuk pelaku UMKM.

Kebijakan PTKM yang digulirkan sejak Januari 2021 pun semakin membuat pelaku usaha tertatih.

Plt Kepala Bidang Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM), Dinas Koperasi dan UKM (Dinkop) Gunungkidul, Esti Rukmi Pratiwi mengakui kebanyakan UMKM mengalami penurunan omzet.

"Kami sempat mengambil beberapa sampel UMKM di Gunungkidul, menanyakan bagaimana kondisi omsetnya," jelasnya dihubungi pada Rabu (24/02/2021).

Baca juga: Refocusing Dana Transfer dari Pemeritnah Pusat di DI Yogyakarta Capai Rp 120 Miliar

Menurut Esti, penurunan omzet paling banyak dirasakan oleh pelaku UMKM di bidang kerajinan.

Sedangkan yang cenderung stabil berasal dari sektor pangan dan kuliner.

Pasalnya, daya beli masyarakat sedang menurun akibat pandemi.

Mereka pun lebih selektif dalam membelanjakan uang, yang mana kebutuhan pokok seperti makanan jadi prioritas.

"Bisa dibilang barang kerajinan kan termasuk kebutuhan sekunder, jadi masyarakat menunda membeli itu," ujar Esti.

Agar mampu bertahan, sejumlah pelaku UMKM kerajinan ini pun memilih berhenti sementara dari aktivitas produksi. Mereka menunggu hingga situasi kembali membaik.

Meski ada penurunan, Esti juga menyebut justru ada beberapa UMKM yang baru terbentuk.

Mereka memanfaatkan peluang situasi pandemi, yang mana warga lebih banyak mengandalkan pesan antar ketimbang keluar rumah.

Baca juga: Gandeng BBTKLPP Yogyakarta, Dinkes Bantul Gelar Swab ASN Massal

"Kebanyakan berupa makanan, dan yang mengelola masih berusia muda," katanya.

Etik Diana, pemilik usaha Walang Kaos Gunungkidul mengakui penurunan terasa begitu signifikan. Bahkan sampai lebih dari 50 persen.

Selain karena pandemi, kebijakan PTKM turut berpengaruh.

Pasalnya, pendapatan usaha yang dijalankan bergantung pada pesanan untuk kegiatan hingga pembelian dari wisatawan yang berkunjung ke tokonya.

"Apalagi sempat ada syarat Rapid Antigen itu, yang membuat kunjungan jadi sepi," tutur Esti ditemui di tempat usahanya siang ini. (alx)

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved