Warga Tepus Gunungkidul Sulap Pohon Langka Jadi Bonsai Bernilai Tinggi

Wahyu Iskandar adalah salah satu warga asal Gunungkidul yang menekuni bidang pembuatan bonsai. Sudah sejak beberapa tahun terakhir

Penulis: Alexander Aprita | Editor: Kurniatul Hidayah
TRIBUNJOGJA/ Alexander Ermando
Wahyu Iskandar, warga Tepus, Gunungkidul saat tengah merawat bonsai hasil kreasinya 

TRIBUNJOGJA.COM, GUNUNGKIDUL - Bonsai adalah teknik memodifikasi tanaman dari Jepang menjadi pohon berbentuk mini.

Perlu ketekunan dan kesabaran dalam membuatnya, namun hasilnya memiliki nilai jual yang tinggi.

Wahyu Iskandar adalah salah satu warga asal Gunungkidul yang menekuni bidang pembuatan bonsai.

Sudah sejak beberapa tahun terakhir bidang itu ia tekuni.

Adapun bonsai ia buat dari Pohon Santigi, yang memang sudah jarang ditemukan.

Baca juga: Jogja Lebih Bike, Kampanye untuk Tekan Polusi Udara di Kota Yogyakarta

Namun ia memulai proses pembuatan dari bibit pohon tersebut alias dari nol.

"Bibitnya saya tanam di media berupa tanah atau bebatuan. Lalu perkembangannya perlu rutin dipantau," kata warga Kalurahan Sidoharjo, Kapanewon Tepus ini.

Menurut Wahyu, pemantauan perlu dilakukan agar pembuat bonsai bisa memperkirakan seperti apa bentuk yang sesuai nantinya.

Setelah ukurannya sesuai harapan, barulah dibentuk menjadi bonsai.

Pohon Santigi memang dikenal cocok dibuat menjadi bonsai.

Pasalnya, tanaman yang umum dijumpai di kawasan pantai ini memiliki daun yang kecil.

Hasilnya pun akan cantik saat jadi bonsai.

"Proses pengerjaannya juga lebih singkat dibanding menggunakan jenis tanaman lain," kata Wahyu.

"Waktu singkat" yang dimaksudnya bisa mencapai minimal 2 tahun.

Namun jika ingin hasil yang sempurna, bisa diperlukan waktu bertahun-tahun lamanya.

Saat sudah tumbuh, Wahyu mengatakan perawatannya cenderung mudah.

Antara lain rajin disiram setiap pagi hari serta mencabuti rumput yang jadi hama di media tanaman.

Berkat ketekunannya, kini pria bertubuh tambun tersebut menuai hasil.

Bibit Pohon Santigi untuk bonsai ia jual seharga Rp 50 ribu, namun bentuk jadinya bisa mencapai jutaan rupiah. 

"Selain berdasarkan lamanya waktu pembuatan, harga itu diterapkan mengingat Pohon Santigi tergolong langka," kata Wahyu.

Baca juga: Pemerintah Akan Berikan Relaksasi KPR DP 0 Persen untuk Geliatkan Sektor Properti

Meski harganya tinggi, peminat karya Wahyu tergolong banyak.

Apalagi saat pandemi seperti ini, orang berlomba-lomba mencari tanaman hias yang layak menemani waktu senggang di rumah.

Ia mengatakan rata-rata pembeli bonsai buatannya adalah wisatawan yang mampir di kawasan pesisir Tepus.

Alhasil, pembelinya pun ada yang berasal dari luar Pulau Jawa.

Seluruh kegiatan pembuatan bonsai Wahyu lakukan di rumah pribadinya.

Saat pandemi seperti ini, membuat bonsai pun bisa jadi alternatif membunuh rasa bosan karena berdiam di rumah.

"Yang penting harus sabar, tekun, dan ulet dalam membuat bonsai," ujarnya. (alx)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved