Lafran Pribadi, Legenda yang Bawa Pertama Kali PSS Sleman Naik Kasta
"Saya kembali ke PSS Sleman tahun 1999, waktu kebetulan materi pemain PSS lagi bagus-bagus," kata Lafran saat ditemui Tribun Jogja di kediamannya
Penulis: Taufiq Syarifudin | Editor: Kurniatul Hidayah
Siapa sangka, meski ia tidak ingin menjadi guru di sekolah, Lafran ternyata menjadi pelatih sepak bola SMA Sayegan di kelas olahraga.
Pemain-pemain POPDA DIY yang dilatihnya didominasi oleh pemain yang sudah Lafran latih sejak dini.
"Ya kalau anak itu masih bisa bersaing saya ambil, saya gak mau ada yang bilang 'kalau pelatihnya Lafran, mesti pemainnya itu-itu aja'," katanya pendek.
Namun di balik itu, ada tantangan dan kendala ketika dirinya melatih pemain usia dini.
Menurut penilaiannya, anak-anak sekarang yang sudah memiliki fasilitas yang lebih memadai, malah sulit untuk giat berlatih.
"Kalau bagian sparing atau gim itu biasanya pada banyak yang datang, beda sama latihan fisik, sepi," paparnya.
Berangkat dari sana Lafran sering melakukan pendekatan secara personal kepada anak atau orang tua walinya.
Ia memberi motivasi jika anak yang dilatihnya memiliki potensi, dan diminta agar lebih disiplin dalam berlatih.
Baca juga: UPDATE COVID-19 di DI Yogyakarta: Bertambah 167 Kasus, Total Menjadi 25.335 Kasus
Lantaran Lafran menilai anak-anak sekarang lebih cepat memilih bermain gawainya ketimbang berlatih secara mandiri.
"Bapak saya bilang, 'nek koe arep tambah tenaga, tambah latihan dewe', jadi saya dulu sering setiap sore lari," tukasnya.
Jika melihat perjalanan Lafran sebagai pesepakbola, hal itu ternyata tak lepas dari keluarganya yang juga suka dengan sepak bola.
Bahkan Lafran memiliki bapak yang memprakarsai Sekolah Sepak Bola (SSB) AMS Sayegan. (tsf)