Pemuda Sleman Bentuk Gerobak Angkringan untuk Taman Baca Masyarakat (TBM)
"Bertemu dengan banyak orang, kenal dengan orang baru, memiliki teman yang sevisi, adalah keberkahan yang tak ternilai bagi saya,
Penulis: Taufiq Syarifudin | Editor: Kurniatul Hidayah
Semua mata pelajaran yang diujian nasionalkan tersedia di sana.
Ia juga bercerita, jika semula bimbel itu hanya memberi bantuan biasa pada adik kelasnya yang akan menghadapi ujian sekolah.
Lama kelamaan bimbel itu berkembang, dan memiliki tenaga pengajar yang memang ahli di bidangnya.
Anak-anak yang bergabung di sana juga mau memberi iuran untuk kesejahteraan para mentornya.
Baca juga: Bappeda DIY: Belanja Pemda Harus Ditingkatkan untuk Mengurangi Angka Kemiskinan
Izin Orangtua
Jika ditarik ke belakang, Imam sebetulnya tidak diizinkan oleh orangtuanya fokus pada TBM, karena mereka melihat, Imam seharusnya bekerja sehabis lulus kuliah.
Namun hal tersebut tidak menyurutkan langkah Imam untuk melanjutkan tujuannya.
"Kalau bekerja formal, jam 7 samapi jam 4 kerja, gak bisa interaksi banyak orang, kalau gini kerja dapat, interaksi juga dapat, saya bisa dapat banyak rezeki juga karena punya banyak teman," pungkasnya.
Hari demi hari dilewatinya, sembari memberi pengertian pada orangtua untuk tetap mendukung apa yang diinginkan Imam.
Setelah melewati banyak proses, dan Imam membuktikan bisa tetap bekerja serta mendapat uang, orang tua mulai mendukung.
Sampai-sampai, tempat TBM yang semula berada di bawah pohon depan rumah, dan jika turun hujan orang-orang di sana harus berteduh, orangtua Imam rela merenovasi halaman rumah mereka dengan kanopi dan diberi lantai agar tidak becek ketika basah. (tsf)