Kabupaten Gunungkidul
Mengenal Bripka Mantoro, Polisi Asal Gunungkidul yang Sukses Kembangkan Lele Organik
Bripka Mantoro sukses kembangkan pakan lele organik berupa magot atau larva lalat
Penulis: Alexander Aprita | Editor: Hari Susmayanti
TRIBUNJOGJA.COM, GUNUNGKIDUL - Bhabinkamtibmas identik dengan peran menjaga situasi keamanan masyarakat di lingkup kalurahan.
Namun, aparat yang ditugaskan POLRI ini bisa pula mendampingi masyarakat untuk mengembangkan hal yang menguntungkan.
Itulah yang dilakukan Bripka Mantoro (44), Bhabinkamtibmas yang bertugas di Kalurahan Ngleri, Kapanewon Playen.
Saat pandemi melanda, ia masih mampu mendampingi warga mengembangkan pakan ternak organik.
Mantoro menuturkan pendampingan tersebut berawal di 2012. Saat itu ia baru saja ditugaskan di wilayah Polsek Paliyan.
"Saat itu saya tertarik belajar membuat pakan ternak organik, informasi pun saya gali lewat internet," katanya beberapa waktu lalu.
Seakan gayung bersambut, seorang warga di Pedukuhan Banaran V, Kalurahan Banaran, Playen menawarkan lahannya untuk disewa. Kesepakatan pun dicapai dengan Mantoro, di mana ia menyewa lahan tersebut senilai Rp 20 juta.
Adapun lahan itu memiliki luas sekitar 500 meter persegi, di mana jangka waktu sewanya selama 20 tahun. Cikal bakal pengembangan pakan ternak pun dimulai dari situ.
Ia pun lantas bekerjasama dengan pengusaha ayam petelur untuk diambil kotorannya. Kotoran tersebut ia campur dengan magot untuk menghasilkan pupuk tanaman.
"Dari situ juga lah saya melihat potensi magot untuk dijadikan pakan ternak. Khususnya lele organik," ujar Mantoro.
• Mengenal Widadi Karyadi, Sang Legenda yang Setia Bela PSIM Yogyakarta
• Tracing Covid-19 di Sleman Diperluas, Sasar Semua Kontak Erat
Sebagai pakan lele organik, magot ia campurkan dengan rumput (sejenis paku air). Tak disangka ternyata hasilnya cukup baik untuk meningkatkan kualitas lele organik.
Mantoro mengatakan, kandungan protein lele jadi lebih tinggi dengan pakan tersebut. Selain itu, biaya pakan jauh lebih rendah dibandingkan dengan pakan pelet, bahkan modalnya nyaris nol.
Selain pakan lele, magot itu dijadikan pula pakan ayam ternak. Sedangkan pupuk hasil uraian dari magot dan kotoran ayam dijual untuk pertanian warga.
"Sekarung pupuk saya jual Rp 15 ribu dan laku keras. Sedangkan lelenya dalam seminggu bisa lepas 1 kuintal ke pasar," kata pria yang menetap di Padukuhan Banaran III ini.
Berkat ketelatenannya tersebut, kini Mantoro berhasil meraup penghasilan hingga puluhan juta tiap bulan. Usaha ini pula yang akhirnya dicoba disosialisasikan ke warga sekitar.