Perguruan Tinggi Swasta Harus Lebih Kreatif Meningkatkan Animo Pendaftar Selama Pandemi
Perguruan tinggi swasta (PTS) mengalami masa sulit di tengah pandemi. Terutama bagi PTS yang menyasar target pendaftar kalangan menengah
Penulis: Maruti Asmaul Husna | Editor: Kurniatul Hidayah
Laporan Reporter Tribun Jogja, Maruti Asmaul Husna
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Perguruan tinggi swasta (PTS) mengalami masa sulit di tengah pandemi. Terutama bagi PTS yang menyasar target pendaftar kalangan menengah ke bawah.
Beberapa PTS di DIY terpaksa menerima kenyataan menurunnya jumlah pendaftar pada penerimaan mahasiswa baru (PMB) tahun akademik 2020/2021.
Angka terendah ketercapaian keterisian mahasiswa baru PTS di DIY pada periode tersebut adalah 33 persen, sementara yang tertinggi 100 persen lebih yang berlaku pada PTS dengan target kalangan menengah ke atas.
Pakar Kebijakan Publik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisipol) UGM, Prof Erwan Agus Purwanto mengatakan, pandemi memang memaksa masyarakat berada dalam kondisi sulit.
Baca juga: RKPD 2022: Optimalisasi Proyek Strategis Nasional Menjadi Tumpuan Pemulihan Ekonomi di Kulon Progo
Menurutnya, setidaknya ada tiga hal yang menjadi faktor penurunan pendaftar di PTS.
Pertama, terkait krisis ekonomi yang dialami banyak masyarakat, yang mana prioritas kehidupan saat ini adalah kesehatan dan kebutuhan sehari-hari.
Kedua, menurut Erwan, yakni sistem perkuliahan daring yang turut mengurangi minat mahasiswa untuk belajar di PTS.
"Bisa jadi mereka belum yakin dengan sistem online di PTS kita," katanya saat dihubungi Tribun Jogja, Senin (1/2/2021).
Ketiga, ialah faktor kesehatan.
"Orang jadi berpikir lagi kalau harus ke Yogyakarta untuk kuliah. Setidaknya ada tiga faktor itu, ekonomi, sistem perkuliahan, dan kesehatan," papar Dekan Fisipol UGM ini.
Sebagai solusi akan hal ini, lanjut Erwan, pemerintah bisa memberikan bantuan dalam bentuk insentif-insentif, potongan pajak, dan/atau bantuan teknologi untuk mendukung perkuliahan.
"Pendidikan tinggi butuh bantuan bentuknya seperti apa, apakah fiskal, potongan pajak, beban-beban fiskal yang dibantu pemerintah. Atau bantuan teknologi, selama ini kan hanya bantuan pulsa. Dibutuhkan juga bantuan platform pembelajaran online. Perkuliahan saat ini tidak sesederhana online kemudian ada pembelajaran semata," bebernya.
Baca juga: Sebanyak 12 Barak Pengungsian Disiapkan di Sepanjang Ring Gunung Merapi
Sementara itu, dari sisi yayasan, Erwan menilai dibutuhkan strategi yang lebih kreatif.
Semisal, bekerjasama dengan lembaga keuangan atau pemberian kemudahan pembayaran uang kuliah kepada mahasiswa, sampai pandemi mereda.
"Intinya bagaimana membuat animo masyarakat meningkat. Ekonomi sedang lesu, apakah bisa memudahkan mahasiswa untuk sistem keuangannya. Kampus harus lebih kreatif," tandasnya. (uti)