Pengungsi Gunung Merapi
Cerita Bu Tikno, Pengungsi Gunung Merapi di Purwobinangun Sleman, Sudah Siapkan Dokumen Penting
Bu Tikno tergopoh-gopoh membawa barang-barangnya usai turun dari salah satu truk yang mengangkut pengungsi.
Penulis: Ardhike Indah | Editor: Kurniatul Hidayah
“Saya cuma bawa jaket, selimut tebal, pakaian dan rukuh (mukena) ini,” ujarnya sambil memperlihatkan satu tas kain kecil berisi mukena yang ia genggam.
Dari dua tas besar itu, ternyata dua-duanya juga tidak ada camilan untuk teman mengunyah di malam hari.
Ia cukup yakin di pengungsian semua sudah tersedia, khususnya makanan yang sehat dan bergizi.
“Di sini pasti wis siap kabeh (Di sini pasti semua sudah siap),” tambahnya tersenyum sembari memanjang-manjangkan lengan jaket karena dingin.
Ini bukan pertama kali Bu Tikno mengungsi.
Di tahun 2010, ia juga ikut mengungsi karena kondisi Gunung Merapi yang meletus hebat.
Namun, dirinya enggan menceritakan lebih lanjut kisah 2010 yang membuatnya cukup sedih.
Jauh sebelum erupsi Gunung Merapi Rabu (27/1/2021), Bu Tikno sekeluarga memang sudah menyiapkan perlengkapan agar sewaktu-waktu bisa langsung mengungsi.
“Saya ndak lama kok ini ngelebok-lebokke barange (ke tas). Wis siap ket awal kae (Saya tidak lama berkemas, sudah siap semua sejak awal),” jelasnya lagi.
Sebagai masyarakat Turgo yang harus hidup berdampingan dengan Gunung Merapi, Bu Tikno sudah diberi pemahaman untuk menyiapkan surat-surat berharga dan perlengkapan dasar dalam satu tas.
Baca juga: Kisah Kapolri Listyo Sigit Prabowo dari Teman Seangkatan di SMAN 8 Yogyakarta, Disiplin Sejak Dulu
Baca juga: ERUPSI Gunung Merapi: Hingga Rabu Malam, Rentetan Guguran Awan Panas Masih Terus Terjadi
“Surat-surat ya saya bawa, ben aman wae sik penting ora rusak atau hilang (biar aman saja dulu yang penting tidak rusak atau hilang),” jawabnya lagi.
Harapannya hanya satu, yakni Gunung Merapi kembali kondusif dan ia bisa pulang ke rumah.
Meski pengungsian cukup nyaman untuknya, namun rumah adalah tempat ternyaman untuk kembali pulang. (ard)