Kisah Diara, Keturunan Sri Sultan HB VII, Penari Termuda Tarian Bedhaya Tirtahayuningrat di Keraton
Begitupun dengan pengalaman seorang gadis berusia 21 tahun, Raden Ajeng Keshari Adiarastri Piloesullka, yang mulai menari
Penulis: Taufiq Syarifudin | Editor: Kurniatul Hidayah
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Menjadi seorang penari di Keraton Ngayogyakarta bukanlah suatu hal yang mudah.
Serangkaian syarat harus dipenuhi oleh siapapun yang ingin menjadi penampil tarian di sana.
Memiliki kemampuan dasar dan pengetahuan menari seperti ngiting, ngeruji, dan nyerumpit adalah modal awal.
Bahkan sebutan untuk latihan di keraton bukan lagi 'berlatih', namun 'gladi', agar seorang mendapat kesempatan itu, maka biasanya akan berlatih dulu di sebuah sanggar tari.
Begitupun dengan pengalaman seorang gadis berusia 21 tahun, Raden Ajeng Keshari Adiarastri Piloesullka, yang mulai menari ketika dirinya mengenyam bangku sekolah menengah atas (SMA).
Baca juga: Berikut Sinopsis Sinetron Ikatan Cinta Malam Ini, Elsa dan Mama Sarah Panik?
Baca juga: Kabar AC Milan, Fikayo Tomori Butuh Waktu, Kata Stefano Pioli
Saat itu, Diara sapaan akrabnya, tumbuh besar di Kota Lampung, belum berminat untuk menari, padahal ibundanya memintanya agar mulai berlatih.
Namun, setibanya di Yogyakarta saat masuk SMA, Diara mulai tertarik untuk ikut menari. Lantaran ia melihat langsung ibunya menari ketika di sebuah sanggar.
"Waktu itu aku bilang langsung ke ibu, kalau pengen nari, saya liat ibu kok asik ya, dapet feelnya sebagai perempuan, auranya kelihatan, suara gamelan enak banget di kuping," kata Diara kepada Tribun Jogja tempo hari.
Perempuan kelahiran Pekanbaru itu, seminggu kemudian datang mengikuti latihan di sanggar, di mana ibunya berlatih.
Sanggar itu adalah Yayasan Pamulangan Beksa Sasminta Mardawa (YPBSM), tempat awal Diara menunjukan minatnya pada seni tari.
Ia bercerita, saat umurnya masih 16 tahun, pernah menjadi penari termuda di antara yang lainnya.
Faktor tersebut membuat Diara sedikit kikuk, melihat di samping kanan kirinya adalah penari-penari senior.
Namun ia tetap percaya diri, dan tetap semangat menjalani latihan.
Sampai berselang beberapa waktu, Diara mendapat kesempatan untuk ikut menari di Keraton.
Awalnya, ia sempat gugup karena tarian yang akan dipentaskan adalah tarian dengan level paling tinggi.
