Kisah Diara, Keturunan Sri Sultan HB VII, Penari Termuda Tarian Bedhaya Tirtahayuningrat di Keraton

Begitupun dengan pengalaman seorang gadis berusia 21 tahun, Raden Ajeng Keshari Adiarastri Piloesullka, yang mulai menari

Penulis: Taufiq Syarifudin | Editor: Kurniatul Hidayah
Istimewa
Tarian Bedhaya untuk peringati hari kelahiran sultan dan kenaikan tahta. Diara berada di urutan tiga paling kanan. 

Bedhaya Tirtahayuningrat, jenis tarian yang akan dibawakannya pertama kali pentas oleh Diara.

Tarian itu dianggap sakral, untuk disuguhkan dalam peringatan hari kelahiran Sultan Hamengku Buwono (HB) X, serta peringatan hari kenaikan tahta.

"Pertama degdegan, karena dilihat banyak orang, tapi bangga juga," ujar perempuan yang juga berkuliah di jurusan peternakan UGM itu.

Namun di balik itu, Diara harus berusaha keras agar bisa menarikannya dengan cermat, serta selaras dengan penari yang lain.

Pulang lebih dari 22.00 menjadi rutinitasnya saat itu.

Latihan ekstra adalah proses yang harus ia lalui. Perasaan campur aduk antara senang dan sedih terpendam di hatinya.

Belum lagi, pihak Keraton harus diyakinkan dahulu sebelum Diara benar-benar masuk dalam formasi sembilan penari Bedhaya itu.

Diara mengatakan, jika ada peran gurunya di sana bernama Tyah, yang berani bertanggung jawab atas dirinya untuk dapat membawakan tarian itu di Keraton.

Pasalnya hanya Diara seorang penari yang masih muda dan minim pengalaman. Atas usaha Tyah, Diara diperbolehkan untuk tampil.

Bahkan ada yang mengatakan jika tarian Diara masih jelek, ia tidak perlu mengikuti pentas di Keraton.

Diara juga bercerita, jika ia mendengar rumor kalau tarian Bedhaya harus dilakukan oleh perempuan yang belum menikah, serta tidak sedang masa menstruasi.

Namun saat itu, hanya tiga orang dari sembilan yang terhitung masih lajang.

Baca juga: Ingin Mendapatkan Rezeki yang Lancar? Lakukan Amalan dan Doa Ini Secara Rutin

"Kemarin karena (acara) spesial, ada putri-putri Sultan yang ikut nari," ujarnya.

Adapun syarat lain untuk menarikan tarian Bedhaya haruslah masih punya kekerabatan dengan keluarga Keraton.

Menjadi generasi keempat dari Sultan HB VII, Diara masuk ke syarat tersebut.

Menariknya, hingga saat ini Diara belum menyukai tarian moderen, dengan musik-musik bertempo tinggi.

Alasannya sederhana, rasa yang Diara miliki tidak mengarah ke tarian moderen, meski tidak menutup kemungkinan, Diara akan mudah menguasai tarian itu. (tsf)

Sumber: Tribun Jogja
Halaman 2/2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved