Pengungsi Gunung Merapi
Cerita 81 Hari di Pengungsian Gunung Merapi Sleman, Mbah Ngatmosurip Sumringah Kembali ke Rumah
“Nyambut damel, sak damel-damele, ngarit, nggolek kayu (kerja seadanya, cari rumput, cari kayu),” cerita Mbah Ngatmosurip tentang aktivitas
Penulis: Ardhike Indah | Editor: Kurniatul Hidayah
Ia mengenakan pakaian dengan motif hitam putih berpadu dengan hijabnya berwarna oranye.
Masker yang ia gunakan seringkali diturunkan agar bisa bernapas lebih lega.
Selesai membagikan nasi berkat, Mbah Ngatmosurip bergegas kembali ke barak pengungsian untuk mengambil barang-barangnya.
Barang tersebut berupa pakaian, selimut tebal, bantal dan sapu kelut, sudah ia jadikan satu agar tidak ketinggalan.
“Nggih ting mriki seger, penak (Iya, di sini segar dan enak),” tambahnya sembari tersenyum lebar.
Sesekali, ia terlihat mengobrol dengan para pengungsi, membicarakan banyak hal mengusir kebosanan sembari menunggu waktu mereka diperbolehkan pulang.
Minyak urut yang menjadi andalannya menghangatkan tubuh tak pernah lepas dari tangannya, meski tidak ia baluri di kulit.
Minyak itu hanya dia hirup agar hidungnya tidak terasa dingin.
“Nggih ting penak ning daleme piyambak (tapi ya enak di rumah sendiri),” kata Mbah Ngatmosurip lagi yang juga ingin bermain dengan cucu-cucunya secara leluasa.
Warga Kalitengah Lor itu memang tidak bisa meninggalkan pekerjaan di rumah.
Setiap hari, ia ikut rombongan untuk pulang pergi ke rumahnya.
Baca juga: Berikut Sinopsis Sinetron Ikatan Cinta Malam Ini, Elsa dan Mama Sarah Panik?
Baca juga: Kabar AC Milan, Fikayo Tomori Butuh Waktu, Kata Stefano Pioli
Di waktu pagi, sekitar pukul 05.30, Mbah Ngatmosurip sudah siap untuk mengarit di rumahnya.
Baru kemudian, pukul 15.00, ia kembali ke pengungsian.
“Nyambut damel, sak damel-damele, ngarit, nggolek kayu (kerja seadanya, cari rumput, cari kayu),” cerita Mbah Ngatmosurip tentang aktivitas dirinya sehari-hari.
Tak banyak kata terucap lagi dari bibir Mbah Ngatmosurip.
Doanya hanya satu, semua bisa lancar dan selamat, menginga erupsi Gunung Merapi juga belum menunjukkan tanda-tanda mereda.
“Minuwun mboten enten nopo-nopo, kajenge aman sedanten, ngoten (Semoga tidak ada apa-apa, aman semua, begitu),” tandasnya. (ard)