Yogyakarta
Pakar Komunikasi UPN : Komunikasi Partisipatif Pemda dan Masyarakat Perlu Diperkuat Selama PSTKM
Komunikasi partisipatif perlu ditingkatkan di masa Pengetatan Secara Terbatas Kegiatan Masyarakat (PSTKM).
Penulis: Ardhike Indah | Editor: Gaya Lufityanti
Laporan Reporter Tribun Jogja, Ardhike Indah
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Selain penerapan 3M dan 3T, komunikasi partisipatif menjadi kunci menekan penyebaran virus corona.
3M adalah mencuci tangan, mengenakan masker, dan menjaga jarak.
Kemudian, 3T adalah konsep test, tracing dan treatment yang dilakukan pemerintah untuk mendeteksi keberadaan virus.
Komunikasi partisipatif perlu ditingkatkan di masa Pengetatan Secara Terbatas Kegiatan Masyarakat (PSTKM).
Baca juga: 50 Persen Pekerja Pemda DI Yogyakarta Diminta Bekerja dari Rumah Saat PSTKM
Selama pandemi berlangsung, pemerintah dinilai belum menerapkan pola komunikasi partisipatif.
Menurut Pakar Komunikasi Universitas Pembangunan ‘Veteran’ Yogyakarta (UPNVY), Senja Yustitia MSi, komunikasi bukan hanya kegiatan teks yang muncul dalam aturan atau instruksi gubernur saja.
“Ketegasan, keteladanan, penegakan, konsistensi juga bagian dari kegiatan komunikasi. Dari sini, tinggal dikaji apakah selama ini pemerintah sudah berkomunikasi tentang pandemi COVID-19 dengan prinsip itu?” ujarnya kepada Tribunjogja.com, Jumat (8/1/2021).
Ia juga menekankan bahwa komunikasi sebaiknya menempatkan lawan komunikasi dalam posisi setara.
Artinya, pemerintah sebagai komunikator harus memanusiakan manusia dan menghargai partisipasi dari masyarakat.
“Sekarang kan cenderung satu arah. Banyak pernyataan tidak berdasarkan data, misal wisatawan silahkan datang ke Yogyakarta, warga Yogyakarta silahkan di rumah saja,” ungkapnya.
Senja menuturkan, beberapa kebijakan yang dinilai cukup mampu menekan penyebaran virus corona, ternyata tidak diawasi dengan baik.
Baca juga: Soal PSTKM, Sekda DIY : Silakan Kampung Maupun Desa Memasang Portal
Apalagi di saat libur beberapa waktu lalu.
Ia mencontohkan, sebelum tahun baru, ada saja penuturan pemerintah tentang pengecekan bukti tes rapid antigen bagi mereka yang datang ke Yogyakarta.
Namun, pada kenyataannya, kebijakan itu tidak diawasi dengan ketat.
Hal-hal semacam ini menimbulkan kebingunan di antara masyarakat. Tidak heran, masih ada narasi bahwa virus corona itu tidak ada hingga tidak peduli dengan COVID-19.
“Ya semakin kesini orang semakin abai dengan instruksi 3M itu. Masyarakat suruh mengikuti 3M, tapi bagaimana dengan 3T pemerintah? Karena hanya pemerintah yang bisa memperkuat 3T,” tambah Senja. ( Tribunjogja.com )