Kisah Inspiratif

Survive Garage, Ruang Kolektif yang Menampung Ekspresi Seniman Muda

Survive! Garage merupakan sebuah rumah yang dijadikan ruang kolektif, di mana siapapun yang senang dengan kesenian bisa berpartisipasi di sana.

Penulis: Taufiq Syarifudin | Editor: Gaya Lufityanti
Dokumentasi Survive Garage
Kegiatan loka karya Artcycle di Survive Garage. 

Tahun 2017, Survive yang bekerja sama dengan seorang seniman dari Brasil melakukan pemetaan wilayah di kawasan Sosrokusuman, tidak jauh dari Malioboro.

Pada prosesnya, mereka melihat bahwa keresahan yang dirasakan warga Sosrokusuman waktu itu sama dengan kasus yang berada di sebuah kawasan di Brasil.

Ruang hidup dan publik semakin sempit.

Selama tiga bulan pertama mereka mendekati warga untuk mencari tahu cerita-cerita di balik keresahan itu, hingga akhirnya munculah satu tema besar "Dongeng Tanah".

Baca juga: Seniman Gunungkidul Melukis Bersama Sembari Menanti Hasil Penghitungan Suara Pilkada 2020

Sebuah tema yang membicara ruang publik yang semakin tergerus oleh pembangunan hotel, dan kepentingan lainnya.

Pada tiga bulan terakhir, Survive! dan warga menampilkan ekspresi itu lewat media kesenian, mulai dari lukisan, puisi, musik, hingga mural pada dinding-dinding rumah.

Proses kreatif itu juga sempat ditampilkan pada perhelatan Bienale Jogja tahun 2017. 

"Waktu itu warga yang tergabung, ikut datang semua liat pamerannya di JNM," kenang Bayu tiga tahun silam.

Pada prinsipnya, nilai-nilai yang ingin disebar luaskan oleh Survive! adalah seseorang bisa meyakini apa yang telah menjadi pilihan dalam hidupnya.

"kita yakin dengan pilihan itu dan bertahan, ya hidupi pilihan itu, mau jadi pelukis, desainer, pematung, apapun," tegasnya.

Baca juga: Film Dongeng Kala Pandemi: Ayun-Ayun Negeri, Upaya KPK Gandeng Seniman 

Semangat itu juga dibuktikan oleh Survive!, bagaimana selama 12 tahun ini masih tetap eksis.

Tentu ada usaha di balik semua itu, setiap orang di sana bertanggung jawab untuk menghidupi.

Caranya, ada beberapa program seperti pembuatan cenderamata akan masuk ke artshop, nantinya akan dijual ke khalayak, sebagiannya akan disisihkan untuk biaya akomodasi.

Berselang beberapa lama, kopi yang diseduh Bayu mulai dingin, dan pekatnya sudah mulai terliha berkurang. Hujan yang sedari tadi menemani kian reda.

Pria asli Sumatra itu menyampaikan, jika Survive! memiliki semangat untuk lebih dekat dengan masyarakat, dalam isu-isu sosial, lingkungan, kemanusiaan.

Lewat karya seni, Bayu ingin semua ekspresi itu dapat tercurahkan.( Tribunjogja.com )

Sumber: Tribun Jogja
Halaman 2/2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved