Mahasiswa UNY Teliti Penanggalan Jawa Pranata Mangsa sebagai Pedoman Bercocok Tanam

Sekelompok mahasiswa UNY mengadakan telaah literatur mengenai tingkat efektivitas penggunaan pranata mangsa pada era modern.

Penulis: Maruti Asmaul Husna | Editor: Kurniatul Hidayah
Ist
Kampus UNY 

Alternatif yang ditawarkan untuk meningkatkan ketepatan penanggalannya adalah diperlukan suatu ilmu sains untuk mengintegrasi analisis penerapannya. 

Dwi Nurhayati menambahkan, tujuan dari literature review ini adalah untuk menganalisis hasil penelitian terkait tinjauan sains yang dapat difungsikan sebagai alternatif peningkatan keakuratan penanggalan pranata mangsa

Analisis ini akan menjadi salah satu pertimbangan penggunaan pranata mangsa pada era modern, guna meningkatkan kualitas dan produksi tanaman pangan.

Farhan Kusuma Putra menjelaskan, pranata mangsa terdiri atas 12 musim dalam setahun, yaitu Mangsa Kasa (Kartika), Mangsa Karo (Poso), Mangsa Katelu, Mangsa Kapat (Sitra), Mangsa Kalima (Manggala), Mangsa Kanem (Naya), Mangsa Kapitu (Palguna), Mangsa Kawolu (Wasika), Mangsa Kasanga (Jita), Mangsa Kasepuluh (Srawana), Mangsa Destha (Pradawana), dan Mangsa Sadha (Asuji). 

“Dalam tinjauan sains dari aspek klimatologi, pranata mangsa memberikan informasi mengenai perubahan musim serta waktu-waktu yang dipengaruhi oleh angin disertai arahnya yang dikendalikan oleh peredaran matahari," paparnya. 

Pranata mangsa menggunakan peredaran matahari sebagai acuan dengan siklus berumur 365 hari atau 366 hari.

Tanggal 22 Juni dipilih sebagai hari pertama dalam kalender pranata mangsa karena pada tanggal tersebut adalah hari pertama bergesernya kedudukan matahari dari garis balik utara ke garis balik selatan.

Farhan mengungkapkan, bila matahari begeser ke utara dan berada di utara khatulistiwa, artinya musim kemarau.

Sebaliknya, bila matahari bergeser ke selatan dan berada di selatan khatulistiwa, artinya musim hujan. 

Bila matahari berada di sekitar khatulistiwa, artinya musim pancaroba, yang terbagi menjadi dua, yaitu pancaroba menjelang musim penghujan dan pancaroba menjelang musim kemarau. 

Baca juga: BREAKING NEWS : Seorang Perempuan Paruh Baya Tewas Setelah Jadi Korban Tabrak Lari di Kulon Progo

Baca juga: Peringatan Dini BMKG, Berikut Daftar Wilayah Berpotensi Terjadi Cuaca Ekstrem untuk Jumat Esok Hari

Melihat posisi Pulau Jawa yang terletak pada 5°54’08” - 8°50’20” Lintang Selatan dan relatif sejajar dengan garis khatulistiwa, maka diduga pranata mangsa hanya berlaku di Pulau Jawa, mungkin juga hingga Pulau Bali. 

Hasil penelitian dari 5 literatur menyatakan, untuk meningkatkan keakuratan pranata mangsa petani perlu memerhatikan alternatif yang digunakan dalam analisisnya. 

Tinjauan sains yang digunakan dalam narrative review ini adalah gerak semu tahunan matahari dan arah angin. 

Pranata mangsa adalah suatu kearifan lokal yang perlu dilestarikan mengingat manfaatnya yang sangat besar bagi segala bidang kehidupan. 

"Penerapan pranata mangsa pada era modern dilakukan dengan menggunakan tinjauan sains berupa arah angin dan dikendalikan oleh peredaran matahari sehingga, dapat menghasilkan suatu penanggalan pranata mangsa yang lebih  akurat," tandas Farhan. (uti) 

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved