Kisah Bripka Tri Asih, Bhabinkamtibmas Perempuan di Bantul yang Sukses Budidayakan Nanas Bagong
Tak hanya mengemban tugas keamanan dan ketertiban masyarakat, namun di tengah tugas berat itu, Bripka Tri Asih, sebagai Bhabinkamtibmas
Penulis: Ahmad Syarifudin | Editor: Kurniatul Hidayah
Ratusan tanaman nanas milik Bripka Asih tumbuh subur di halaman depan rumah.
Tanaman berjejer di dalam pot besar.
Daunnya hijau, dan sebagian di antaranya sudah berbuah kekuningan.
Ia mengungkapkan, budidaya Nanas Bagong sangat mudah.
Bahkan, tidak membutuhkan perawatan khusus.
Kuncinya, kata dia, hanya pada pupuk dan penyiraman.
Baca juga: Masuk Fase Erupsi Baru, BPPTKG Belum Naikkan Status Gunung Merapi Menjadi Awas
Baca juga: Kisah Jungkir Balik Pemilik Sapporo Ramen, Diklaim sebagai Kedai Ramen Pertama di Yogyakarta
"Sebenarnya tidak harus disiram setiap hari. Yang penting tanahnya diusahakan harus terus basah. Apalagi, kalau cuaca panas, dilihat, kalau kering disiram," tutur dia. Sementara untuk pupuk, Ia menggunakan pupuk kandang dari kotoran kambing.
Menurutnya, penggunaan pupuk kimia tetap dilakukan namun dengan volume sedikit.
Itupun disebar saat tanaman mulai memasuki masa berbunga.
"Dari mulai nanam, sampai berbunga dan siap panen, usianya sekitar 9-10 bulan," ucapnya.
Budidaya Nanas Bagong diakuinya sangat menjanjikan. Sebab, satu pohon bisa berbuah dengan berat 5 kilogram. Harga jualnya juga tinggi Rp 10 ribu/ kg.
Selain itu, perawatan tanaman juga mudah. Bahkan, satu tanaman yang sudah besar siap panen bisa beranak 7-8 tanaman kecil, sehingga cepat sekali berkembang.
"Tanaman ini juga tidak perlu pestisida karena tidak ada hama," terangnya.
Ia mendorong kepada masyarakat, terutama warga Murtigading agar memanfaatkan pekarangan rumah untuk lahan produktif.
Salah satunya dengan budidaya Nanas Bagong.
Selain dapat memenuhi kebutuhan buah keluarga, juga dapat menjadi sumber pendapatan tambahan keluarga. (rif)