Kisah Sukses Benanglusi Tembus Pasar Internasional Melalui Kreasi Kain Tradisional Bernuansa Modern

Wanita yang akrab disapa Lusi ini awal berkecimpung di dunia fesyen karena ketertarikan terhadap keindahan kain-kain etnik tradisional.

Tribun Jogja/ Nanda Sagita Ginting
Pemilik brand Benanglusi sedang memperlihatkan koleksinya, pada Selasa (29/12/2020) 

Laporan Tribun Jogja, Nanda Sagita Ginting

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Penggunaan kain khas etnik tradisional  biasanya identik dengan kesan kuno atau jauh dari kata modern. 

Namun, dengan kemampuan mengkreasikan kain tradional dengan gaya yang lebih modern, membuat produk milik Lusi Ekawati dengan brand Benanglusi, yang  berlokasi di jalan DI Panjaitan Kota Yogyakarta mampu menembus pasar internasional.

Wanita yang akrab disapa Lusi ini awal berkecimpung di dunia fesyen karena ketertarikan terhadap keindahan kain-kain etnik tradisional.

"Dari dulu memang suka dengan kain tradisional. Kebetulan kuliah juga konsentrasinya pada bidang seni dan fesyen. Jadi, karena latar belakang ini mulailah eksplor untuk membuat baju namun  pertama kali belum untuk dijual. Melainkan, untuk dipakai sendiri," jelasnya kepada Tribunjogja.com, pada Selasa (29/12/2020).

Ternyata,  hasil karya yang mulanya dibuat untuk diri sendiri mendapatkan respon yang sangat baik.

Hingga, pada 2010 dirinya mulai merambah dunia desainer fesyen kain tradisional.

Sebelumnya, karya yang dibuat mulai dari baju, outer, hingga topi menggunakan kain tradisional jenis lurik.

Namun,seiring berkembangnya industri fesyen kolaborasi  menggunakan kain etnik lainpun dilakukan.

"Saya kan desain lebih ke arah gaya casual, sederhana, namun tetap mewah jika dipakai. Karena, sasaran pasar saya bukan hanya anak muda namun condong ke semua umur. Sehingga, inovasi harus terus dilakukan dengan menggabungkan kain tradisonal yang lain seperti batik, tenun ikat, hingga ulos,"tuturnya.

Alhasil, produknya pun tembus pasar internasional hingga ke negara Belanda, Hongkong, dan Cina.

Sedangkan untuk di tanah air, produknya sudah dipasarkan hampir seluruh pulau.

Sejak pandemi Covid-19, permintaan fesyen yang menurun turut mempengaruhi bisnisnya.

Akhirnya, untuk bertahan dirinya pun mencoba beralih membuat produk baru yaitu masker dan topi masker.

Ternyata keputusannya untuk membuat masker dan topi masker cukup berhasil di tengah tekanan pandemi.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved