Yogyakarta

Aturan Berkunjung ke Yogyakarta Diperketat, ASITA DIY Tetap Optimis

ASITA DIY menilai diberlakukannya aturan ketat dalam perjalanan antar daerah dapat mempengaruhi kunjungan ke DIY.

Penulis: Santo Ari | Editor: Gaya Lufityanti
TRIBUNJOGJA.COM / Suluh Pamungkas
ilustrasi 

TRIBUNJOGJA.COM - Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia (ASITA) DIY menilai diberlakukannya aturan ketat dalam perjalanan antar daerah dapat mempengaruhi kunjungan ke DIY.

Namun demikian, ASITA DIY tetap optimis bahwa masih ada peningkatan wisatawan saat liburan Natal dan tahun baru nanti.

"Tentu akan ada dampaknya, ada yang pesanannya dibatalkan. Yang jelas ada pengurangan, akan tetapi kami tetap optimis, ada harapan," ujar Hery Setyawan, ketua DPD ASITA DIY, Jumat (18/12/2020).

Ia menilai, libur Natal dan tahun baru memiliki magnet tersendiri dan berbeda dengan liburan panjang pada umumnya.

Baca juga: BREAKING NEWS: Sri Sultan HB X Tegaskan Wisatawan yang ke Yogyakarta Wajib Rapid Tes Antigen

Jika di tahun sebelumnya paket wisata akan selalu ramai, termasuk persewaan kendaraan juga akan laris.

Namun karena COVID-19, trend wisata juga sudah mulai berubah.

"Saat ini lebih banyak staycation, kalau dulu banyak dari luar daerah datang ke Jogja. Misal tengok anaknya yang kuliah, sekalian tahun baruan di sini. Sekarang berubah," ucapnya.  

Hery mengungkapkan bahwa optimisme ini akan tetap mereka jaga, sehingga setiap pelaku pariwisata termasuk ASITA tidak lengah dan melaksanakan protokol kesehatan (prokes) dengan baik.  

Optimisme di tengah keterbatasan ini diarahkan ke dalam bentuk kesiapan dalam menerapkan prokes dan CHSE.

Dan karena pasar mulai berubah, maka setiap pelaku pariwisata harus melakukan penyesuaian.

"Kalau dulu misalnya banyak paket besar dengan menggunakan bus, sekarang lebih banyak ke mobil-mobil kecil. Maka kita harus menyesuaikan,misalnya membuat paket kecil namun berkualitas, atau menyesuaikan dengan trend seperti paket wisata sepeda," urainya.

Penyesuaian ini pun diperlukan kerjasama dengan berbagai pihak.

Baca juga: Tarif Rapid Test Antigen Ditetapkan Maksimal Rp250 di Pulau Jawa, Rp275 Ribu di Luar Jawa

Misalnya bagi pemilik bus, agar bisa membongkar busnya sehingga bisa digunakan untuk mengangkut sepeda atau bisa juga dengan kafe bus.  

"Kalau dicontohkan di luar negeri, di Brunei Darussalam, sengaja ada paket terbang tanpa tujuan, tapi itu malah bisa penuh. Ini jadi inspirasi buat kita. Jadi pesawat take off terbang dua jam, berputar-putar di atas laut atau pulau Kalimantan, di sana mereka makan dan menikmati penerbangan kemudian landing lagi di bandara yang sama," ujarnya mencontohkan.  

Ia mengungkapkan bahwa dibutuhkan kreativitas untuk mencari pangsa pasar baru di tengah pandemi.

"Kreativitas ini adalah jawaban antara keterbatasan dengan kebutuhan. Wisata adalah kebutuhan. Ini kebutuhan dari kedua belah pihak baik kebutuhan kita sebagai pelaku pariwisata untuk menunjang ekonomi dan kebutuhan masyarakat untuk berwisata," tambahnya. ( Tribunjogja.com )

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved