Setelah Penantian 40 Tahun, Herry Gendut Janarto Luncurkan Novel Asmara 'Yogya Yogya'
Herry mengatakan bahwa sejak 40 tahun lalu ia ada keinginan untuk menulis tentang kisah asmara yang berlatar Yogyakarta.
Penulis: Santo Ari | Editor: Kurniatul Hidayah
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Herry Gendut Janarto telah meluncurkan novel berjudul Yogya Yogya, pada 12 Desember 2020 kemarin.
Novel ini bercerita tentang romansa dengan latar belakang Yogyakarta yang sangat kental.
Dalam perbincangan Herry Gendut Janarto bersama Handoko Wignjowargo dari Maestro Consulting Coaching Communicating belum lama ini, ia menyatakan bahwa novel ini adalah keinginannya yang terpendam selama 40 tahun belakangan.
Herry mengatakan bahwa tantangan dalam membuat suatu karya adalah dari sisi proses pembuatannya. Jangan sampai pemikiran yang ada hanya diendapkan dan sebatas catatan tanpa diwujudkan.
Baca juga: Repeater Milik Komunitas Siaga Merapi Rusak, Komunikasi Lewat HT Terhenti
Baca juga: Jogja Smart Province di Kawasan Sumbu Filosofi Yogyakarta Ditargetkan Selesai 2023
"Mimpi harus diwujudkan dengan segera kita kerjakan," ujarnya.
Herry mengatakan bahwa sejak 40 tahun lalu ia ada keinginan untuk menulis tentang kisah asmara yang berlatar Yogyakarta.
Ia harus menunggu lama agar Yogyakarta dapat terangkat secara maksimal dan bukan hanya sebagai selingan.
"Mungkin karena bahannya yang kurang dan harus menunggu 40 tahun untuk mematangkan novel ini. Memang harus menunggu lama, (akhirnya) saya bisa menulis novel ini," ungkapnya.
Ia sedikit membocorkan cerita yang ada di novel Yogya Yogya.
Novel ini bercerita tentang kisah cinta remaja yang dilihat dari perspektif usia 60 dengan seting tempat di Yogyakarta, seperti Malioboro, Parangtritis, Gembira Loka.
"Banyak (tempat) yang saya sebut, karena ini menjadi semacam biografi pariwisata dan kuliner. Saya aduk sedemikian rupa, dan tidak mungkin Yogya Yogya hanya satu buku, jadi setidaknya harus dalam wadah 3 buku atau trilogi," bebernya.
Baca juga: UPDATE Perolehan Suara Pilkada Klaten Versi Sirekap KPU, MULYO Memimpin Perolehan Suara
Baca juga: Pencapaian Aset Bank BPD DIY Pada November Capai Rp 15 Triliun
Ia menilai bahwa manusia-manusia yang ada di dalam novel ini berada di antara tahun 70-an, tapi dalam penulisannya diteropong dengan masa kekinian.
"Kita orang-orang sepuh suka mengenang masa lalu, termasuk pacaran. Dan kenangan itu saya balut, saya bungkus dengan ke-jogja-an yang sedemikian rupa. Maka saya suka menyebut bahwa novel ini sangat berbau yogyawi," tandasnya.
Ia berharap novel ini dapat diresapi oleh setiap pembacanya dan dapat akhirnya dapat merasakan keunikan Yogyakarta, baik dari segi kultural, pendidikan, pariwista, hingga kuliner. (nto)