Dagang Sembari Beramal, Foodcourt di Yogya ini Sediakan Beragam Makanan dengan Harga Seikhlasnya
Di sentra kuliner ini para pembelinya cukup membayar semua jenis makanan dengan uang tunai seikhlasnya.
Penulis: Azka Ramadhan | Editor: Muhammad Fatoni
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Berawal dari niat untuk saling berbagi, sosok pemuda bernama Asep Suryana (25) merealisasikan sebuah sentra kuliner atau food court.
Uniknya, di sentra kuliner ini pembelinya cukup membayar dengan uang tunai seikhlasnya.
Ayam Goreng Syariah dijadikan jargon untuk unit usahanya ini.
Berlokasi di Jalan Imogiri Timur Km 7, warung di sisi timur jalan tersebut tampak ramai pengunjung.
Apalagi, di samping ayam goreng itu sendiri, sentra kuliner ini juga menyediakan berbagai jenis makanan mulai dari gudeg, takoyaki, thai tea, soto, kebab, hingga burger, dimana seluruh menu bisa ditebus dengan dana semampunya.
Asep mengakui, sentra kuliner yang dirintisnya sejak awal 2020 ini, memang menawarkan konsep yang berbeda kalau dibanding dengan foodcourt sejenisnya.
Dengan membayar seikhlasnya, orang-orang dari berbagai kalangan pun dipersilakan menikmati varian menu itu.
"Ya memang begitu, kami menjual makanan dengan harga seikhlasnya," katanya, Minggu (29/11/2020).
Setiap harinya, Asep menyediakan minimal 20 porsi nasi ayam goreng plus aneka sayur seharga Rp10 ribu, yang bisa ditebus dengan banderol berapapun.
Sementara untuk jenis makanan lainnya, disediakan oleh para pemilik kios yang menyewa tempat di sentra kuliner besutannya.
Para penyewa kios tersebut dipatok dengan harga yang sangat terjangkau, dengan syarat bersedia menyiapkan porsi yang dapat ditebus dengan harga berapapun layaknya ayam goreng buatannya.
Menariknya, setelah berjalan beberapa bulan, mereka pun tidak pernah mengeluh rugi.
"Alhamdulillah ya, sampai sekarang, kita yang berjualan di sini ternyata tidak rugi. Ada saja caranya pemasukan. Niatnya makanan untuk orang yang membutuhkan, tapi kadang ada orang datang, atau teman memberi donasi," ujarnya.
Mengusung slogan 'Sedekahku Sedekahmu', ia bersama para penyewa kios pun sepakat untuk berdagang makanan sembari mencari berkah dari Allah SWT.
Menurutnya, dengan memberikan makanan seharga sukarela, bisa membantu beban hidup banyak orang kalangan ekonomi lemah.
Asep pun mengisahkan, sebelumnya, ia sempat membuat sebuah etalase yang berisikan makakan gratis, serta boleh diambil siapapun, dengan berbagai menu yang silih berganti setiap harinya.
Namun, ternyata orang-orang enggan mengambil karena mungkin merasa sungkan.
"Walaupun mereka orang tidak mampu, mereka kan tetap sungkan mungkin ya. Mereka tidak minta-minta, mereka mau bayar. Akhirnya saya buat format bayar seikhlasnya dan biar mereka pilih mau makan apa. Semampunya saja, Rp1000, Rp2000, silakan saja," terangnya.
Parjiono, seorang pria paruh baya yang sehari-harinya menjajakan tampah dengan mengayuh sepeda dari Dlingo ke Kota Yogyakarta pun tersenyum saat menebus satu porsi nasi gudeg seharga Rp2000.
Menurutnya, dengan harga yang sangat terjangkau, lapar perutnya bisa terganjal.
"Alhamdulilah, di sini saya masih bisa membeli nasi gudeg. Porsinya banyak ini, tapi bayar cuma seikhlasnya, bakulnya baik banget," katanya.
( Tribunjogja/ Azka Ramadhan )
