UPDATE Terkini Aktivitas Gunung Merapi : Hingga Petang Ini, Tercatat 5 Kali Guguran di Puncak Merapi
Setidaknya telah tercatat 5 kali suara guguran Merapi, pada rentang waktu pukul 00.00-18.00 WIB pada hari Senin (23/11/2020 ini
Penulis: Maruti Asmaul Husna | Editor: Muhammad Fatoni
Laporan Reporter Tribun Jogja, Maruti Asmaul Husna
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Guguran lava lama Gunung Merapi terus terjadi hingga Senin (23/11/2020) hari ini.
Hal ini merupakan indikator yang biasa terjadi pada Gunung Merapi menjelang erupsi.
Berdasarkan laporan amatan Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta, setidaknya telah tercatat 5 kali suara guguran Merapi, pada rentang waktu pukul 00.00-18.00 WIB petang ini.
Sementara, cuaca pada hari yang sama terpantau cerah, berawan, mendung, hingga hujan.
Adapun aktivitas kegempaan Gunung Merapi yang terjadi pada sehari sebelumnya, yakni Minggu (22/11/2020) pukul 00.00-24.00 WIB, di antaranya 50 gempa guguran, 342 gempa hybrid/fase banyak, 41 gempa vulkanik dangkal, 1 gempa tektonik, dan 81 gempa hembusan.
Baca juga: Warga KRB III di Klaten Masih Mendengar Suara Gemuruh dari Puncak Gunung Merapi
Baca juga: Gunung Merapi Berstatus Siaga, Wisatawan Cemas ke Yogyakarta
Secara visual asap berwarna putih, intensitas sedang hingga tebal dengan ketinggian 50 m di atas puncak.
Pada periode yang sama, terdengar suara guguran sebanyak 3 kali dengan kekuatan suara lemah hingga keras dari Pos Pengamatan Gunung Merapi (PGM) Babadan dan PGM Kaliurang.
"Teramati guguran sebanyak 1 kali dengan jarak luncur 1.000 m ke hulu Kali Lamat pada pukul 06.48 dari PGM Babadan," ujar Kepala BPPTKG, Hanik Humaida, Senin (23/11/2020).

Laju rata-rata deformasi atau penggembungan tubuh Gunung Merapi dalam periode tersebut melalui pantauan menggunakan electronic distance measurement (EDM) Babadan adalah sebesar 12 cm/hari.
Untuk potensi bahaya, lanjut Hanik, saat ini masih sesuai rekomendasi, yaitu guguran lava, lontaran material vulkanik dari erupsi eksplosif, dan awan panas sejauh maksimal 5 km dari puncak Merapi.
Sejak 5 November 2020, BPPTKG telah menetapkan Gunung Merapi berstatus Siaga (level III).
Dengan status tersebut, BPPTKG menyimpulkan prakiraan daerah bahaya meliputi Kabupaten Sleman, DIY, di Kecamatan Cangkringan; Desa Glagaharjo (Dusun Kalitengah Lor), Desa Kepuharjo (Dusun Kaliadem), dan Desa Umbulharjo (Dusun Palemsari).
Baca juga: Video Detik-detik Tebing Lava Tahun 1954 Jatuh ke Kawah Gunung Merapi
Baca juga: Monyet Ekor Panjang Terlihat di Perkampungan, Berkeliaran di Wilayah Berjarak 10 KM dari Merapi
Selanjutnya, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, di Kecamatan Dukun; Desa Ngargomulyo (Dusun Batur Ngisor, Gemer, Ngandong, Karanganyar); Desa Krinjing (Dusun Trayem, Pugeran, Trono); dan Desa Paten (Babadan 1, Babadan 2).
Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah di Kecamatan Selo; Desa Tlogolele (Dusun Stabelan, Takeran, Belang); Desa Klakah (Dusun Sumber, Bakalan, Bangunsari, Klakah Nduwur); dan Desa Jrakah (Dusun Jarak, Sepi).
Selain itu, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah di Kecamatan Kemalang; Desa Tegal Mulyo (Dusun Pajekan, Canguk, Sumur); Desa Sidorejo (Dusun Petung, Kembangan, Deles); dan Desa Balerante (Dusun Sambungrejo, Ngipiksari, Gondang).

Hanik menambahkan, penambangan di alur sungai-sungai yang berhulu di Gunung Merapi dalam kawasan rawan bencana (KRB) III direkomendasikan untuk dihentikan.
Pelaku wisata agar tidak melakukan kegiatan wisata di KRB III Gunung Merapi termasuk kegiatan pendakian ke puncak Gunung Merapi.
Di samping itu, pemerintah Kabupaten Sleman, Kabupaten Magelang, Kabupaten Boyolali, dan Kabupaten Klaten agar mempersiapkan segala sesuatu yang terkait dengan upaya mitigasi bencana akibat letusan Gunung Merapi yang bisa terjadi setiap saat.
( tribunjogja.com )