Pendidikan
Sekolah di Kota Yogyakarta Antusias Sambut Pembelajaran Tatap Muka
Deretan sekolah di Kota Yogyakarta tampak antusias menyambut rencana dimulainya pembelajaran tatap muka pada Januari mendatang.
Penulis: Azka Ramadhan | Editor: Gaya Lufityanti
TRIBUNJOGJA.COM - Deretan sekolah di Kota Yogyakarta tampak antusias menyambut rencana dimulainya pembelajaran tatap muka pada Januari mendatang.
Sejumlah sarana penunjang penerapan protokol kesehatan pun telah disiapkan untuk kedatangan kembali siswa-siswinya.
Kepala Sekolah SD Demangan, Sukawit mengatakan, secara internal pihaknya sudah siap untuk memulai pembelajaran tatap muka secara terbatas ini.
Bahkan, sekolah pun sudah mensosialisasikannya kepada orang tua, atau wali murid mengenai rencana KBM di sekolah itu.
Baca juga: Pembelajaran Tatap Muka di DI Yogyakarta Dimungkinkan Akan Digelar Februari 2021
"Teknisnya sudah kita siapkan, sudah kita programkan ya. Penyediaan thermogun sudah pasti, kemudian wastafel dan handsanitizer kita siapkan juga, jumlahnya sekarang sudah memadahi," ujarnya, Senin (23/11/2020).
Kawit berujar, mayoritas orang tua, atau wali murid saat ini menghendaki supaya pembelajaran tatap muka dapat dimulai kembali, setelah beberapa bulan lamanya siswa menjalani KBM sistem daring.
Tetapi, ia tidak mempermasalahkan, ketika ada orang tua yang tak setuju.
"Kalau saya, sesuai dengan kementerian kemarin orang tua harus setuju. Tapi, kalau memang tidak setuju, itu hak orang tua juga. Toh, tidak menyekolahkan anak pun hak orang tua, kita tidak bisa paksakan," katanya.
Baca juga: Pemkot Yogyakarta Pertimbangkan Pembelajaran Tatap Muka Mulai Januari
"Tetapi, kita tetap membuat surat pernyataan untuk orang tua, suruh tanda tangan bahwa beliau tidak setuju. Namun, layanan kepada orang tua yang tidak setuju sekolah tentu tetap kita berikan ya," tambah Kawit.
Lebih lanjut, ia menyebut total siswa di SD Demangan dari kelas 1-6 berjumlah 320 anak.
Berlokasi di perbatasan kota dan kabupaten, domisili siswa di sekolahnya pun berbagai macam.
Ia tak menampik, meski Kota Yogyakarta masih mendominasi, tak sedikit muridnya yang berasal dari Kabupaten Sleman, maupun Bantul.
"Satu kelas kita berisi 28 siswa. Jadi, saya rasa bisa dibagi dua, antara 13, atau 14 siswa setiap shift. Rencana awalnya kan setiap shift dua jam. Tapi, nanti kalau ada kebijakan dari Dinas, tentu kita ikuti," jelasnya. (TRIBUNJOGJA.COM)