Kisah Agnes, Sinden Gedruk Wargo Laras yang Ikut Ki Seno Nugroho Sejak Belia

Agnesia Nandasari, sudah menjadi sinden Dalang Ki Seno Nugroho sejak ia masih belia. Kini ia ceritakan kenangannya berkarya bersama Dalang Seno

Penulis: Setya Krisna Sumargo | Editor: Mona Kriesdinar
TRIBUNJOGJA.COM | Setya Krisna Sumargo | Repro
Agnesia Nandasari, Sinden Dalang Ki Seno Nugroho 

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA – Rekaman video itu diunggah Agnesia Nandasari di akun Instagramnya, Selasa (17/11/2020). Seorang bocah perempuan berdiri di depan para sinden.

Sementara Ki Seno Nugroho duduk di bawah blencong dan depan kelir. Malam itu ia mendalang, dan bintang tamu malam itu ternyata bocah belia itu yang siap menembang.

“Ini kesempatan belajar ngomong,” kata Ki Seno Nugroho kepada sang bocah.

“Ayooooo!” teriak Ki Seno yang gemas melihat bocah yang dilihatnya ogah-ogahan.

“Malah cengengesan,” timpal Ki Seno disambut tawa penonton. Ia meminta bocah itu menyapa pemilik hajatan dan tamu undangan.

“Tirukan Pak Seno, selamat malam bapak ibu, utamenipun…ayo!” kata Ki Seno. Bocah itu menirukan tapi salah-salah ucap dalam bahasa Jawa.

Baca juga: Kisah Perjalanan Karier Ki Seno Nugroho Ketika Mulai Digembleng Menjadi Dalang

Salah satu cuplikan adegan pentas wayang Ki Seno Nugroho
Salah satu cuplikan adegan pentas wayang Ki Seno Nugroho (Repro)

Sembari pegang mik, bocah berambut panjang itu bertingkah menggemaskan. Ia terus menggerak-gerakkan tubuhnya sembari lihat kiri kanan dan berbicara di depan hadirin.

“Kulo badhe misungsungaken lagu (saya ingin mempersembahkan lagu),” kata Ki Seno meminta bocah itu menirukan kata-katanya.

Bocah yang ternyata Agnesia Nandasari, menirukan kata-kata Ki Seno, lalu ditanya mau menembangkan lagu apa?

“Opo nok (Apa nak)?” Tanya Ki Seno.

“Mendem wedokan (Mabuk wanita),” jawab bocah Agnes itu polos.

“Hehhhhh! Apaaa? Sik seru nok (yang keras nak),” jawab Ki Seno terkaget-kaget. Penonton riuh tertawa.

Itulah sepotong adegan 16 tahun lalu, yang rekaman videonya dipublikasikan Agnes, mengenang kepergian Ki Seno Nugroho.

Baca juga: 10 Pitutur Semar Badranaya dalam Lakon Semar Mbangun Jiwo : Eling Lan Waspodo

Agnesia Nandasari, Sinden Dalang Ki Seno Nugroho
Agnesia Nandasari, Sinden Dalang Ki Seno Nugroho (Repro)

Dalang Ki Seno Nugroho meninggal dunia Selasa, 3 November 2020 di RS PKU Muhammadiyah Gamping, Sleman, akibat serangan jantung.

Kepergiannya ditangisi begitu banyak penggemarnya, juga para pecinta seni pedalangan dan wayang kulit. Lebih-lebih lagi anggota Wargo Laras yang didirikan Ki Seno Nugroho.
Agnes Nandasari, termasuk satu di antara pesinden Wargo Laras yang sangat merasa kehilangan. Ki Seno Nugroho sudah dianggap bapaknya sendiri.

Video yang ia bagikan itu peristiwa di sebuah hajatan manten 2004. Ia sudah sulit mengingat peristiwa itu, karena dirinya masih lugu, belum belum nalar betul.

Tahunya, ia suka menembang Jawa, kerap ikut pentas, dan sudah beberapa kali diajak Ki Seno Nugroho manggung di acara wayangan.

Pertemuan pertama Agnes dan Ki Seno Nugroho terjadi juga di sebuah hajatan manten kerabatnya pada 2002. Ia waktu itu diajak ayah angkatnya, lalu diminta ikut menyanyi di depan Ki Seno Nugroho.

Rupanya suara dan aksi panggung Agnes mencuri minat Ki Seno, yang lalu seusai acara berusaha menghubungi orangtua Agnes, akan diajak mengisi acara wayangan.

Baca juga: Kisah Ki Seno Nugroho Merintis Jadi Dalang Versi Ki Catur Benyek Kuncoro

Agnesia Nandasari, Sinden Dalang Ki Seno Nugroho
Agnesia Nandasari, Sinden Dalang Ki Seno Nugroho (Repro)

Ternyata Ki Seno Nugroho tidak tahu, ternyata Agnes ini putra adik kelasnya semasa di SMKI Bugisan. Setelah tahu, hubungan Ki Seno dan keluarga Agnes semakin akrab.
Ke mana-mana, Agnes kerap diajak, termasuk pentas di Jakarta.

“Katanya banyak yang senang dan minta saya ikut pentas,” kata Agnes kepada Tribunjogja.com di Gedung Kesenian Sleman, Kamis (19/11/2020) sore.

Wanita kelahiran Jambidan, Banguntapan, Bantul itu lalu berkisah, sejak pertemuan pertama 2002, praktis ia ditarik ke sana ke mari oleh dalang putra Ki Suparman itu.

Kemampuan menyanyinya semakin terasah, yang dibimbing ibunya, Sri Astutiningsih. Juga digembleng di panggung oleh Ki Seno Nugroho.

Tak hanya tembang pop Jawa, perlahan Agnes yang bersekolah di SD Jambidan II dan SMP 1 Banguntapan Bantul, menguasai langgam Jawa serta tembang-tembang klasik.

Wanita kelahiran 14 Agustus 1994 itu meneruskan sekolah ke SMKI jurusan kerawitan. Lalu melanjutkan ke jurusan kerawitan ISI Yogyakarta, tapi jebol di tengah jalan.

Sepanjang sekolah itulah ia terus ikut Ki Seno Nugroho. Agnes mengaku berinteraksi dengan banyak waranggana, wiyogo, termasuk menyaksikan alih generasi para pengrawit.

Di grup Wargo Laras, Agnes saat ini termasuk pesinden terlama kedua yang ikut Ki Seno Nugroho, selain Prastiwi dan Wahyu.

Baca juga: Sambil Terbata-bata, Sinden Elisha Ucapkan Selamat Hari Ayah untuk Almarhum Ki Seno Nugroho

Agnesia Nandasari, Sinden Dalang Ki Seno Nugroho
Agnesia Nandasari, Sinden Dalang Ki Seno Nugroho (TRIBUNJOGJA.COM | Setya Krisna Sumargo)

Mendengar Kabar Ki Seno Meninggal

Saat pentas 2004 yang rekaman videonya diunggah Agnes, terlihat sinden Prastiwi sudah duduk di jajaran pesinden Wargo Laras.

Karena itu, sebagai orang yang sejak belia ikut Ki Seno Nugroho, berita kepergian dalang terpopuler beberapa tahun belakangan ini, membuatnya syok.

Ia lemas lunglai begitu dikabari Ki Seno meninggal dunia di rumah sakit pada Selasa, 3 November 2020. Malam itu Agnes sudah lelap tidur.

Suaminya, Doni Putra, tidak sedang di rumah. Kakaknya langsung membangunkan Agnes. Ia memberitahu kabat tidak mengenakkan, tapi bukan terkait keluarganya.

“Dik, bangun dulu, tapi jangan kaget, ini tidak ada apa-apa di keluarga kita, tapi Pak Seno je…Pak Seno tidak ada,” kata Agnes menirukan kata-kata kakaknya malam itu.

“Hahhh…saya kaget, lemes, bingung, tak menduga sama sekali karena tidak tahu kabar sakitnya beliau,” aku Agnes yang malam sebelumnya ikut pentas wayang climen mendampingi Ki Seno.

“Saya lalu lihat di grup WA Wargo Laras, dan ternyata benar,” lanjutnya.

Airmatanya langsung berurai menceritakan detik-detik ketika ia mengetahui kabar duka itu.

“Maaf, saya sedih kalau mengingatnya. Pak Seno itu sudah saya anggap bapak saya,” kata Agnes sembari mengusap air matanya.

“Kami ini ibaratnya sudah serumah, beliau itu ya baoak saya. Yang membesarkan saya dari kecil sampai sekarang, sekolah, kuliah, menikah sampai punya anak, Pak Seno tahu semuanya,” lanjut Agnes.

Baca juga: Alasan Ki Manteb Sudarsono Berikan Tiga Karakter Wayang Ini kepada Anak Ki Seno Nugroho

Kehilangan Sosok Bapak

Malam sudah larut, diantar suaminya yang juga pernah ikut Wargo Laras, Agnes bergegas menuju Dusun Gayam, Desa Argosari, Sedayu, kediaman keluarga Ki Seno Nugroho.

Ramai orang berkumpul di sana. Jenazah almarhum juga sudah disemayamkan di pendopo. Para pelayat mendaraskan doa-doa hingga dini hari.

Apa yang menjadi penyesalan Agnes sampai hari ini, bukan karena Ki Seno tidak ada lagi, terus dia mungkin bakal kehilangan pekerjaan, tapi ia kehilangan sosok bapak, dan mengapa begitu cepat itu terjadi.

“Beliau mendidik saya hingga bisa dikenal orang banyak, dan saya belum sempat membalaskan terima kasih kepada Pak Seno, dan saya juga tidak tahu harus dengan bagaimana cara membalasnya,” ujar Agnes.

Ia mengalami momen-momen begitu banyak bersama Ki Seno Nugroho dan Wargo Laras. Lebih banyak suka dari dukanya.

Pengalaman tidak enak atau duka, menurut Agnes sebenarnya nyaris tidak ada. Diejek, mendengar ujaran-ujaran agak kasar, baginya sudah biasa.

Bukan sesuatu yang mengganggu, karena itu cara Ki Seno Nugroho menggembleng anak buahnya, termasuk para pesinden.

“Dukanya, mungkin Cuma semangat kadang menurun kalau mood Pak Seno lagi nggak baik. Pementasan jadi garing dan mesti gampang marah,” imbuh sinden yang dikenal penggemar sebagai maskon gedruknya Wargo Laras ini.

“Jadi ngeri suasana di panggung. Sama kalau dengar Pak Seno sakit karena kelelahan, itu paling nggak menyenangkan,” lanjutnya.

Baca juga: Terima Kabar Ki Seno Nugroho Wafat, Ki Manteb Sudharsono Kaget, Hape Terlempar Jatuh dan Pecah

Pengalaman Menggembirakan

Pengalaman menggembirakan bagi Agnes adalah saat diajak pentas luar kota, bertemu begitu banyak penggemarnya.

“Pokoknya banyak sukanya ikut Pak Seno ini. Pak Seno saja sudah membawa kegembiraan. Almarhum itu senang bercanda sama anggotanya,” kata Agnes.

Sebagai siden Wargo Laras yang ikut mendampingi Ki Seno selama belasan tahun, pembawaan almarhum sejak dulu memang seperti itu.

Menyukai gojekan, tidak membuat jarak kepada pengiringnya, senang berkreasi, memberi banyak kebebasan ke anak buahnya untuk improvisasi di panggung.

Ki Seno Nugroho menurut Agnes, sudah melahirkan banyak waranggana tangguh, berkarakter, menghibur penggemar. Proses itu dilalui tidak selalu mudah.

Itu yang membuat dirinya seperti sulit move on hingga hari ini. Agnes kerap merasa Ki Seno Nugroho itu masih ada.

“Tapi kenyataannya, kita tetap harus bangkit dan berkarya, dikuat-kuatkan,” kata Agnesia Nandasari yang pernah diajak tur pentas wayang kulit paling jauh ke Balikpapan, Kalimantan Timur.(Tribunjogja.com/xna)

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved