Kisah Inspiratif

Kisah Mak Keti, Nenek 75 Tahun yang Masih Bertahan di Lereng Merapi

Ia tidak takut akan ancaman Gunung Merapi, meskipun jarak rumahnya di Pelemsari masuk dalam radius bahaya yaitu 5 km dari puncak Merapi.

Penulis: Christi Mahatma Wardhani | Editor: Gaya Lufityanti
TRIBUNJOGJA.COM / Christi Mahatma Wardhani
Sudi Wiyono atau yang biasa disapa Mak Keti masih beraktivitas di rumahnya di Pelemsari, Cangkringan, Sleman meskipun sudah memiliki rumah di huntap Karang Kendal, Rabu (18/11/2020) 

Sesekali memang ia mendengar suara gemuruh kecil, tetapi hal itu tidak membuatnya panik. 

Meski tergolong dalam kelompok rentan, ia masih ingin menengok rumahnya.

Rumahnya di Pelemsari dulu hancur tersapu awan panas Merapi pada erupsi 2010.

Baca juga: Warga Lereng Merapi Sering Dengar Suara Gemuruh, Apa yang Sebenarnya Terjadi?

Enam bulan setelah erupsi, ia melihat rumahnya dan hanya tersisa dindingnya saja.

Ia pun lantas menambahkan terpal agar bisa digunakan untuk berteduh. 

"Kalau rumah ini jadi baru dua tahun ini. Dulu pas  naik setelah erupsi ya cuma batu sama pasir, hilang semua. Tembok masih ada terus dikasih terpal. Ya tetap naik turun ke huntap dan ke sini. Tidak apa-apa, memang ada suara gemuruh tetapi cuma kecil. Beda sama 2010, gemuruhnya luar biasa,"terangnya. 

Perempuan kelahiran tahun 1.945 tersebut tidak menolak jika diminta untuk mengungsi.

Sama seperti 2010, ia pun harus mengungsi di beberapa tempat di Sleman.

Ia tidak keberatan, namun ia masih menunggu status Merapi meningkat lagi. 

"Nanti kalau disuruh mengungsi ya mengungsi," ujarnya. (TRIBUNJOGJA.COM)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved