Ki Geter Pramudji Tuai Pujian dari Penggemar Wayang Climen Ki Seno Nugroho

Dalang Ki Geter Pramuji Widodo menuai pujian dari para penggemar pergelaran wayang kulit dan fans almarhum Ki Seno Nugroho.

Penulis: Setya Krisna Sumargo | Editor: Mona Kriesdinar
Tribun Jogja/ Yudha Kristiawan
Suasana doa bersama memperingati meninggalnya Ki Seno Nugroho, Senin (9/11/2020) malam 

Di tengah acara curhat itu, datanglah dua tokoh tua Astina, Begawan Durna dari Sokalima dan Patih Sengkuni dari Plosojenar.

Lewat nasihatnya yang halus, Durna dan Sengkuni meminta Boma memperingatkan ayahnya tentang sikap menganaktirikan putra-putranya.

Menurut Durna, jika cara baik-baik tidak didengar Prabu Kresna, tidak ada salahnya diselesaikan secara ksatria. Provokasi ini berhasil mempengaruhi Setijo.

Emosi Boma dan Antarejo meledak. Mereka memerintahkan pasukan raksasa dari Trajutrisna, segera berangkat “nglurug” ke Amarto.

Prabu Kresna mereka perkirakan sedang berada di Kerajaaan Amarta, bukan di Kraton Dwarawati. Begitu juga Werkudara atau Bima.

Kabar kemarahan Boma dan Antareja itu sampai ke telinga Antasena dan Gatotkaca. Di tengah jalan, Antasena mencegat kakaknya, Antarejo.

Kepada adiknya, Antareja bersikeras ingin menemui ayahnya, Werkudoro, supaya tidak pilih kasih. Ia mengancam akan melawan ayahnya jika permintaannya tak dituruti.

Antasena Gagal Meredam Emosi Kakaknya

Antaseno terkejut, terus mengingatkan kakaknya supaya tidak melawan sang ayah. Karena tak bisa diredakan, Antarejo menyerang Antasena.

Keduanya berkelahi, hingga Antasena berhasil menekuk leher Antareja. Putra Werkudara yang sakti itu terus dinasihati supaya sadar, tidak melawan orangtua.

Tiba-tiba Prabu Boma datang membantu Antareja. Antasena ditendang, lalu lari ke Padepokan Karangkadempel, kediaman Semar dan anak-anaknya.

Prabu Kresna, Werkudara dan saudara-saudaranya ternyata tengah berada di tempat itu, bukan di Amarta.

Di tengah pertemuan, tiba-tiba datang Antasena dan Gatotkaca, yang melaporkan rencana kehadiran kakaknya dan Prabu Setijo ke Karangkadempel.

Werkudara alias Bima meledak amarahnya. Ia sudah bersiap menghadang putra dan Prabu Setijo, tapi dicegah Semar.

Begawan Ismaya yang tampil sebagai pemimpin para punokawan Pendawa, meminta semua yang hadir tenang, menyerahkan semua urusan kepada dirinya.

Tak lama Prabu Setijo dan Antaraja tiba, merangsek masuk ke pendopo Karangkadempel. Mereka langsung protes dan mencecar Prabu Kresna dan Werkudara.

Semar mengeluarkan kesaktiannya, membuat Prabu Setijo dan Antarejo akhirnya tak mampu bergerak. Mereka seperti dibekukan.

Semua yang hadir di pendopo Karangkadempel diminta mendengarkan. Nasihat itu diharapkan diresapi oleh putra dan cucu Pendawa. Semar minta maaf jika ada yang salah.

Halaman
123
Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved