Potensi Erupsi Gunung Merapi

BPPTKG Jelaskan Potensi Arah Ancaman Erupsi Gunung Merapi, Ini Penjelasannya

Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG), Hanik Humaida menyampaikan terkait potensi arah ancaman erupsi

Penulis: Maruti Asmaul Husna | Editor: Kurniatul Hidayah
Tangkapan layar kegiatan webinar peringatan Dasawarsa Merapi, Rabu (4/11/2020).
Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG), Hanik Humaida. 

Laporan Reporter Tribun Jogja, Maruti Asmaul Husna

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG), Hanik Humaida menyampaikan terkait potensi arah ancaman erupsi Gunung Merapi.

Ditanya mengenai ada tidaknya sumbatan-sumbatan di kawah Gunung Merapi saat ini yang dapat mempengaruhi ekstrusi magma ke permukaan, Hanik mengungkapkan, sumbatan saat ini terhitung tidak terlalu kuat dengan terbentuknya kawah yang dalam pasca 2010.

Pasca erupsi 2010, lanjut Hanik, morfologi kawah Gunung Merapi jelas berubah sehingga mempengaruhi arah ancaman bahaya saat ini dan erupsi-erupsi berikutnya.

Baca juga: LIVERPOOL Butuh Pemain Selevel Alaba untuk Pertahankan Gelar Premier League

Baca juga: Mulai Besok, Kendaraan Berat Disarankan Tidak Melintas di Underpass Kentungan 

Baca juga: BERITA TIMNAS U-19 : Ketimbang di Korsel, Shin Tae-yong Lebih Pilih Eropa untuk TC Skuat Garuda

"Berdasarkan kondisi morfologi kawah saat ini arah ancaman dominan ke arah Selatan-Tenggara," ucapnya. 

Kendati demikian, kata Hanik, potensi arah ancaman tersebut tidak mutlak.

Melainkan masih bergantung pada perkembangan munculnya kubah lava baru.

"Tapi kita melihat nanti pusat munculnya kubah lava ada di mana. Masih kita tunggu," ucapnya.

Baca juga: Rekonsiliasi dengan Korea Utara, Korea Selatan Bangun Museum di DMZ, Pamerkan Sisa Perang Korea

Baca juga: Kisah Tiga Orang Penulis Lirik Lagu K-Pop, Persaingan Ketat, Selalu Membutuhkan Ide Segar

Hanik mengatakan, hingga saat ini kubah lava baru Gunung Merapi belum terbentuk. 

Namun, posisi magma saat ini sudah dapat diprediksi.

Hanik menjelaskan, dari posisi hiposenter (pusat terjadinya gempa) gempa vulkanik di Gunung Merapi, dapat disimpulkan ada 2 kantong magma di Merapi

Yaitu kantong magma dangkal pada kedalaman kurang lebih 1,5-2 km dari puncak dan kantong magma dalam yang berada sekitar kurang lebih 5 km dari puncak. 

Baca juga: Alasan H Ghazali Dukung Kustini Sri Purnomo

Baca juga: Rekonsiliasi dengan Korea Utara, Korea Selatan Bangun Museum di DMZ, Pamerkan Sisa Perang Korea

Baca juga: Keberkahan Waktu Shalat Dzuhur yang Dijelaskan dr Zaidul Akbar

Hanik melanjutkan, gempa vulkanik dalam (VTA) Merapi terakhir muncul pada 25 September 2020.

Hal ini mengindikasikan tidak ada suplai magma baru dari dalam. 

"Pada aktivitas Merapi tahun 2020 ini gempa vulkanik dalam terakhir muncul tanggal 25 September 2020, hal ini mengindikasikan bahwa tidak ada suplai magma baru dari dalam. Hal ini juga menjadi salah satu indikator kemungkinan erupsi tidak seperti tahun 2010," ujar Hanik, Senin (16/11/2020). 

Dilansir dari laman merapi.bgl.esdm.go.id, di Merapi terdapat dua zona tampungan magma yang menentukan sifat khas Merapi. Yang disebut sebagai kantong magma atau dapur magma jika ukurannya lebih besar. 

Baca juga: maukerja.id Bantu Fresh Graduate Siap Hadapi Kompetisi Pencarian Kerja Pascapandemi Covid 19

Baca juga: Masa Unggah Dokumen Bagi Peserta yang Lulus Seleksi CPNS 2019 Diperpanjang Hingga 21 November 2020

Baca juga: Mengintip Bilik Asmara Tempat Pengungsian Warga Terdampak Gunung Merapi

Karena letaknya relatif tidak jauh maka kenaikan tekanan di dapur magma akan menyebabkan aliran magma menuju kantong magma di atasnya menyebabkan naiknya tekanan di sana. 

Dalam hal ini kantong magma berfungsi sebagai katup bagi magma yang naik ke permukaan.

Waktu tenang antar erupsi di Merapi merupakan fase di mana terjadi proses peningkatan tekanan magma di dalam kantong magma. 

Apabila tekanan melebihi batas ambang tertentu magma akan keluar dalam bentuk erupsi explosif atau efusif berupa pembentukan kubah lava.

Volume produk yang dikeluarkan kira-kira sebesar 0.1 persen dari volume kantong/dapur magma.

Produk erupsi Merapi rata-rata 10 juta m3 dalam suatu erupsi, bahkan sering di bawah 4 juta m3 yang artinya volume kantong magma relatif kecil. (Uti)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved