Yogyakarta
Terkait Keberlanjutan Sistem Satu Arah di Kota Yogya, Dishub DIY Akan Lakukan Evaluasi
Pemberlakuan uji coba SSA dan semi pedestrian Malioboro lantaran kawasan Malioboro sudah tidak cukup menampung kendaraan.
Penulis: Miftahul Huda | Editor: Gaya Lufityanti
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Setelah mendapat protes dari beberapa warga masyarakat Kota Yogyakarta, penentuan lanjut atau tidaknya uji coba rekayasa Sistem Satu Arah (SSA) beberapa ruas jalan di Kota Yogyakarta, dan semi pedestrian kawasan Malioboro baru akan dirumuskan, Selasa (10/11/2020) siang ini.
Sebelumnya beberapa elemen masyarakat dari paguyuban becak, hingga pedagang kaki lima menyatakan sikap keberatan atas kebijakan tersebut, Selasa pagi tadi giliran Perkumpulan Pengusaha Malioboro Ahmad Yani (PPMAY) bertolak ke gedung Kepatihan untuk menyatakan sikap serupa.
Menanggapi hal tersebut, Kabid Lalu Lintas Dinas Perhubungan (Dishub) DIY Harry Agus Triono mengatakan siang ini pihak Dishub DIY, Dishub Kota Yogayakarta beserta kepolisian baru akan menggelar evaluasi sebagai bahan penentuan apakah uji coba rekayasa SSA dan semi pedestrian dapat dilanjutkan atau tidak.
Terhitung sudah tujuh hari sejak uji coba tersebut mulai dijalankan sejak 3 November lalu.
Baca juga: Pengusaha Minta Malioboro Semi Pedestrian Disetop
Hasilnya, beberapa kalangan khususnya pedagang dan penyedia becak motor (betor) merasa aturan tersebut perlu disempurnakan, baik dari pertimbangan dampak ekonomi maupun efisiensi jarak tempuh.
"Seluruh masukan akan kami bawa. Kebetulan siang ini akan ada rapat bersama Dishub Kota dan Kepolisian. Masukan-masukan ini akan kami bawa saat evaluasi. Nanti seperti apa. Apakah dihentikan hari ini, apa bagaimana," katanya, kepada Tribunjogja.com, Selasa (10/11/2020).
Ia menambahkan, uji coba tersebut melibatkan banyak instansi sehingga menurut Agus, butuh dilakukan evaluasi bersama.
"Dari yang kemarin uji coba Selasa wage, itu kan mengerucut ada beberapa penataan arus. Ya ini menjadi bahan masukan kan," urainya.
Alasan dilakukannya uji coba SSA dan semi pedestrian tersebut, lanjut Agus, lantaran kawasan Malioboro sudah tidak cukup menampung kendaraan.
Karena menurutnya, sumbatan kendaraan terjadi di titik simpang empat.
Dari titik empat persimpangan itu lah kecenderungan waktu lalu lintasnya akan lebih lama.
Baca juga: Sepekan Uji Coba Semi Pedestrian, Kualitas Udara di Kawasan Malioboro Membaik
Sehingga, jarak antar simpang dirasa cukup jauh misalnya, lanjut dia dari simpang empat Gondomanan ke simpang empat Jalan Mataram selama ini kecenderungan waktu lalu lintasnya singkat.
Dengan adanya pemberlakuan satu arah tersebut, harapannya dapat menambah waktu lalu lintas yang lebih lama.
Sehingga lalu lintas di titik simpang empat akan relatif lebih efisien.
"Harapannya dibuat satu arah ini sirkulasinya bisa menjadi lancar. Dan pengaturan lalu lintas bisa lebih efisien," sambung Agus.
Agus menyadari, untuk membuat suatu aturan baru tidak lah mudah.
Namun sejauh ini pihaknya baru akan melakukan evaluasi di pekan pertama pemberlakuan uji coba SSA dan semi pedestrian tersebut.
"Tapi ya mohon maaf, kami diam saja masih banyak komplain. Kami ubah yang kami masih belum tahu hasilnya ya juga dikomplain," tegas Agus.
Meski begitu, Agus memandang hal itu sebagai kewajaran.
Baca juga: Omzet Menurun, PKL Malioboro Berharap Masa Uji Coba Pedestrian Dipersingkat
Justru dari banyaknya masukan tersebut pihaknya semakin lebih mudah menentukan kebijakan yang sesuai dengan kondisi di lapangan.
"Ya itu wajar, tinggal kami banyak yang mana. Lebih senang yang jalur lama, atau yang uji coba. Kalau itu sudah kan berarti tinggal meneruskan," tuturnya.
Pihaknya juga mempertimbangkan kerjasama dengan Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) terkait penyesuaian Global Positioning System (GPS) di ruas jalan yang mengalami perubahan lalu lintas saat uji coba tersebut.
Karena menurutnya hal itu diperlukan lantaran ketergantungan masyarakat dengan GPS lebih tinggi daripada menggunakan pencarian manual.
"Mengubah kebiasaan orang memang tidak mudah. Kami juga bisa menggandeng Kominfo, misalnya untuk penyesuaian GPS untuk jalan yang diubah lalu lintasnya," ungkapnya. (TRIBUNJOGJA.COM)