Berita Gunungkidul

Misteri Tebing Karang Song Pedang Gunungkidul Daerah Istimewa Yogyakarta

Song Pedang adalah tebing karang putih di Pedukuhan Karang, Kalurahan Girikarto, Panggang, Gunungkidul.

Penulis: Alexander Aprita | Editor: Iwan Al Khasni
TRIBUN JOGJA/Alexander Ermando
Situs Song Pedang di Pedukuhan Karang, Kalurahan Girikarto, Kapanewon Panggang, Gunungkidul. Penelitian tim Balai Arkeologi Yogyakarta menyimpulkan bahwa situs ini pernah digunakan sebagai hunian di masa prasejarah. 

"Kalau menurut ceritanya, ada peninggalan kerajaan di sini. Seperti emas atau semacam itu," kata Priyadi.

Nama Song Pedang sendiri diberikan lantaran konon tempat itu dijadikan orang untuk bertapa demi mendapatkan pedang emas, namun tak pernah ditemukan.
Selebihnya, dikatakan tempat ini jadi persinggahan bagi mereka yang berlindung dari perang.

Bahkan ada yang menyebut Song Pedang jadi salah satu lokasi persembunyian harta Majapahit terbesar.

Alhasil, Priyadi menyebut ada orang-orang dari luar yang ingin "menguak" harta tersebut. Namun warga setempat tidak mengijinkan.

Priyadi sendiri memilih menggunakan akal sehat. Menurutnya, bisa jadi dulu memang ada peninggalan dari kerajaan tersebut di sini.

Namun kemungkinan besar benda-benda tersebut banyak terpendam karena orang-orangnya lebih memikirkan cara bertahan hidup.

"Ya kalau dalam kondisi lari bersembunyi, benda-benda itu kan tak terpakai. Bisa jadi mereka lebih memilih memendam lalu menanam bahan pangan untuk kebutuhan," ujarnya.

Kendati ceritanya simpang siur, situs Song Pedang rupanya sempat jadi obyek penelitian tim Badan Arkeologi Yogyakarta pada 2019 lalu.

Priyadi mengatakan penelitian tersebut berlangsung selama 2 pekan.

Penanggungjawab Penelitian Song Pedang, Rizka Purnamasari membenarkan adanya penelitian tersebut.

Berdasarkan kajian selama Juli-Agustus 2019, ada banyak temuan arkeologis dari situs itu.

"Bisa disimpulkan Song Pedang dulunya digunakan sebagai hunian tetap jangka panjang, bukan basecamp untuk perburuan," kata Rizka dihubungi secara terpisah.

Menurutnya, ada temuan arkeologis berupa fragmen gerabah, lancipan tulang, spatula, serpih, sisa-sisa tulang hewan, sisa-sisa kerang, serta fragmen tengkorak dan rahang manusia.

Lancipan tulang yang ditemukan diduga berasal dari tulang spesies Macaca sp., atau primata sejenis kera.

Sementara untuk kerang sendiri, Rizka mengatakan kulit kerang yang banyak ditemukan adalah jenis kerang hijau.

Halaman
123
Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved