Sumpah Pemuda

Kisah dan Kesaksian Peserta Kongres di Balik Momen Menegangkan Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928

Para pemuda berikrar satu nusa, satu bangsa, dan menjunjung satu bahasa persatuan, bahasa Indonesia 28 Oktober 1928 silam.

Penulis: Mona Kriesdinar | Editor: Rina Eviana
FOTO: PIXABAY.com, ILUSTRASI: LAKSONO HW
Ilustrasi 

Tribunjogja.com - Setiap tanggal 28 Oktober, Indonesia memperingati Hari Sumpah Pemuda. Sumpah Pemuda lahir 28 Oktober 1928 silam.

Sebagai generasi penerus sudah seharusnya kita tahu bagaimana kisah di balik momen bersejarah Hari Sumpah Pemuda.

Para pemuda berikrar satu nusa, satu bangsa, dan menjunjung satu bahasa persatuan, bahasa Indonesia 28 Oktober 1928 silam.

Isi teks sumpah pemuda
Isi teks sumpah pemuda (IST)

Peristiwa bersejarah ini diperingati sebagai hari Sumpah Pemuda, sekaligus menjadi detik-detik kelahiran bangsa Indonesia sebagai bangsa yang bersatu.

Waktu itu, hampir semua daerah dan suku mendatangkan perwakilannya. Semuanya hadir dari Sabang sampai Merauke.

Juga hadir seorang pemuda berusia 18 tahun, bernama Kwee Thiam Hong.

Pelajar Eerste Gouveraements Mulo Batavia ini adalah anggota Jong Sumatranen Bond.

Kwee Thiam Hong sempat menceritakan pengalamannya pada peristiwa tersebut.

Kisahnya dituangkan di Majalah HAI edisi Oktober 1985, Cerita Pelaku Soempah Pemoeda; “Susah menyebut Indonesia, apalagi merdeka”.

Kwee Thiam Hong menyatakan, mengikuti berbagai rapat pemuda saat itu secara sadar. Tidak sekedar ikut-ikutan.

Baca juga: Diperingati Tiap 28 Oktober, Berikut Isi Naskah Teks SUMPAH PEMUDA

Hal ini disebabkan karena sebagai pemuda dan pelajar Kwee Thiam Hong banyak tersinpirasi oleh pidato-pidato H.O.S. Cokroaminoto dan kemudian Ir. Soekarno pada waktu itu.

Bersama  kawan-kawannya, ia rajin mengikuti rapat-rapat dan diskusi-diskusi yang membahas semangat nasionalisme.

"Waktu itu, saya aktif di Jong Sumatranen Bond. Jabatan saya ressort komisaris. Saya juga aktif dalam kepanduan Jong Sumatranen Bond itu. Di sini, saya adalah Patrouille leider. Kira-kira setingkat komandan peleton dalam ketentaraan sekarang. Juga merangkap penabuh genderang," katanya.

"Mengapa masuk Jong Sumatranen Bond? Kan sekolahnya di Jakarta dan tinggal di Jakarta? Mengapa tidak masuk Pemuda Kaum Betawi atau Jong Java?"

"Wah, saya lahir di Palembang dan masa kecil saya di Palembang. Ketika kecil, saya sering bermain, makan, dan mandi di sungai bersama anak-anak sekampung. Kami mandi di Sungai Sekanak, anak sungai Musi. Jadi, saya pilih masuk Jong Sumatranen Bond," jelasnya.

Halaman
1234
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved