Sumpah Pemuda

Kisah dan Kesaksian Peserta Kongres di Balik Momen Menegangkan Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928

Para pemuda berikrar satu nusa, satu bangsa, dan menjunjung satu bahasa persatuan, bahasa Indonesia 28 Oktober 1928 silam.

Penulis: Mona Kriesdinar | Editor: Rina Eviana
FOTO: PIXABAY.com, ILUSTRASI: LAKSONO HW
Ilustrasi 

"Masih ingat situasi ketika Kongres Pemuda II itu?"

Kwee Thiam Hong yang juga bernama Daud Budiman menjawab dengan bersemangat.

"Masih! Itu ketuanya, Suwondo Joyo ...," Pak Budiman memejamkan mata sambil mengerutkan dahi.

"Sugondo Joyopuspito!"

"Hah, betul itu! Sugondo Joyopuspito. Dia dari Sekolah Tinggi Hakim. Dan dia itu teman saya. Saya ada potretnya. Sudah berusia lebih dari 50 tahun. Saya simpan baik-baik. Kalau hilang, cari di mana juga nggak ada. Permisi, ya, saya ambilkan," Kwee Thiam Hong berlalu.

Hari Sumpah Pemuda
Hari Sumpah Pemuda (Net)

Beberapa sesaat kemudian ia kembali dengan sebuah album kertas yang sudah tua. Di tangan yang lain tergenggam sebuah amplop yang sudah robek.

"Nah, ini, Sugondo! Di sini saya tidak kelihatan. Ada di belakang," kata Kwee Thiam Hong sambil menunjuk ke album.

Kwee Thiam Hong lalu membalik lembaran album itu

“Ini Sutan Syahrir. Nah, ini Sutan Takdir Alisyahbana. Ia masih hidup dan setahun lebih tua dari saya."

"Lalu bagaimana situasi Sumpah Pemuda itu?"

"Oh, ini cerita saya mulai ngelantur. Waktu itu kan begini.

Katanya jam lima sore sudah harus kumpul di asrama Kramat " jelas Kwee Thiam Hong

“Waktu itu datang dalam barisan pandu sambil menabuh genderang atau bagaimana?"

Mendengar kata menabuh genderang, Kwee Thiam Hong tertawa terbahak-bahak.

la mempunyai kenangan tersendiri tentang hal itu.

Halaman
1234
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved