Yogyakarta

10 Tahun Merapi Pascaletusan 2010, BPPTKG Yogyakarta Pantau Migrasi Magma Fase VII

Sebagai refleksi Dasawarsa Merapi kali ini, masyarakat cukup berpegang pada status kebencanaan saat ini.

Penulis: Miftahul Huda | Editor: Gaya Lufityanti
zoom-inlihat foto 10 Tahun Merapi Pascaletusan 2010, BPPTKG Yogyakarta Pantau Migrasi Magma Fase VII
TRIBUN JOGJA/HASAN SAKRI GHOZALI
Kondisi puncak gunung Merapi dilihat dari arah Kalitengah Lor pada bulan April 2011.

Selanjutnya periode Gunung Merapi baru abad ke-19.

Di masa ini merupakan periode Merapi baru, dengan catatan letusan yaitu pada tahun 1768,1822,1849 dan 1872 yang karakteristiknya menyerupai letusan pada 2010 lalu. 

Erupsi pada abad ini diyakini jauh lebih besar dibandingkan abad ke-20, di mana awan panas mencapai 20 kilometer dari puncak. 

Agus membenarkan jika ada kemungkinan letusan besar terjadi dalam 100 tahan sekali. Dan sejak tahun 1768-1872, tercatat lebih dari 80 kali letusan.

"Karena terjadinya ekstrusi besar butuh peruangan yang lama. Itu mengapa untuk skenario untuk erupsi ini disebut eksplosif," terangnya.

Masih kata Agus, di periode abad ke-20, aktivitas merapi terjadi minimal 28 kali letusan, di mana letusan terbesar terjadi pada 1931. 

Di tahun 1930-1931 tersebut, arah letusan dominan ke arah barat daya. Letusan pada tahun itu cukup besar dan memunculkan kepulan asap dan debu yang menyembur dari puncak Merapi.

Setelah itu, tahun 1994 Merapi meletus dengan meruntuhkan kubah lava pada volume 2,6 juta meter kubik. 

Peristiwa itu memunculkan awan panas sejauh 6,5 kilometer ke arah barat laut dan selatan, serta mengakibatkan sebanyak 64 orang meninggal dan puluhan luka-luka. 

"Setelah itu tahun 1998 dan tahun 2006 namun tidak begitu luas dampaknya," sambung Agus.

Barulah pada September 2010, status Merapi menjadi waspada, dan 26 Oktober 2010 terjadi letusan pertama yang bersifat eksplosif yang disertai dengan awan panas dan dentuman keras.

Baca juga: Potensi Bahaya Gunung Merapi, Runtuhnya Kubah Lava hingga Lontaran Vulkanik Letusan Eksplosif

Letusan saat itu menjadi letusan terbesar selama 100 tahun terakhir karena mengakibatkan korban sebanyak 337 orang meninggal dunia, serta puluhan desa juga porak poranda, dan ratusan ribu orang diungsikan.

"Dan ini menjadi bahan refleksi karena sudah masuk dasawarsa. Kami sampaikan saat ini aktivitas Merapi masih konsisten seperti di tahun 1872," sambungnya.

Ia melanjutkan, karakteristik magma saat ini masih berupa intrusi fase VII. Yakni aktivitas berupa intrusi magma.

Agus mengatakan ancaman bahaya berdasarkan kondisi Morfologi saat ini bahwa bukaan Magma masih mengarah ke Tenggara.

Halaman
123
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved