Yogyakarta
10 Tahun Merapi Pascaletusan 2010, BPPTKG Yogyakarta Pantau Migrasi Magma Fase VII
Sebagai refleksi Dasawarsa Merapi kali ini, masyarakat cukup berpegang pada status kebencanaan saat ini.
Penulis: Miftahul Huda | Editor: Gaya Lufityanti

Laporan Reporter Tribun Jogja, Miftahul Huda
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Gunung Merapi yang letaknya di antara dua wilayah yakni di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan Jawa Tengah (Jateng) merupakan gunung berapi yang masih aktif hingga kini.
Terakhir letusan dahsyat terjadi pada 26 Oktober 2010 silam.
Dengan total korban jiwa mencapai sekitar 337 orang.
Selain itu beberapa tanaman, hewan ternak, dan bangunan milik warga sekitar merapi juga lenyap.
Senin (26/10/2020) besok tepat sepuluh tahun pasca letusan hebat di tahun 2010 lalu.
Tentu warga Yogyakarta, khususnya yang berada di lereng Merapi masih terngiang bagaimana kepanikan masing-masing warga yang mencari selamat pada waktu itu.
Baca juga: Intensitas Kegempaan Gunung Merapi Kembali Meningkat, Laju Deformasi 2 Cm/Hari
Meski sepuluh tahun pasca letusan hebat telah berlalu, namun gunung Merapi tetap saja masih aktif dan terus memproduksi magma dan membentuk kubah lava.
Kepala Seksi Gunung Merapi, Badan Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta, Agus Budi Santoso menjelaskan, aktivitas merapi saat ini masih seperti kondisi sebelumnya.
Artinya tidak ada perubahan aktivitas magma yang menonjol.
Justru menurut Agus, seperti yang pernah ia sampaikan, karakter perilaku merapi saat ini cenderung sama dengan kondisi pasca letusan saat tahun 1872, yang saat itu mampu mengeluarkan material atau magma Merapi sebanyak 100 juta meter kubik.
"Jadi tidak ada perubahan pasca letusan 2010 kemarin. Justru perilakunya mengarah pada letusan di tahun 1872. Meski saat ini sudah satu dasawarsa pasca letusan 2010 kemarin," katanya, kepada Tribunjogja.com, Minggu (25/10/2020).
Agus melanjutkan, beberapa rangkuman perjalanan Merapi pun ia paparkan di antaranya perjalanan masa sebelum periode Merapi baru, yang dimulai pada penentuan waktu relatif dan periode baru abad ke-19, abad 20 hingga sekarang.
Agus menjelaskan, periode 3000-250 tahun yang lalu tercatat kurang lebih terjadi 33 kali letusan, 7 diantaranya merupakan letusan besar.
Dari data yang tercatat, letusan besar terjadi sekali dalam 150-500 tahun.
Baca juga: Sumbu Filosofis Yogyakarta Hingga Garis Imajiner Merapi dan Laut Kidul