Musim Kering, Upaya Penelusuran Sumber Air Baru di Gunungkidul Dinantikan Warga
Saat musim kering seperti ini, kabar baik mengenai penemuan sumber air selalu dinantikan warga terdampak.
Penulis: Alexander Aprita | Editor: Kurniatul Hidayah
Sutarpan menyebut keduanya sudah teraliri oleh PDAM.
Namun aliran airnya terbilang tak lancar, apalagi saat musim kering seperti ini.
Alhasil warga masih bergantung pada dropping air, di mana mereka harus mengeluarkan kocek Rp 150 ribu untuk 5 ribu liter air.
Secara keseluruhan, ada 2 sumber air yang dimanfaatkan warga selain yang baru ini.
Pertama dari Gua Keceme yang debit airnya cukup tinggi. Satu lagi adalah Telaga Towet.
"Namun telaga ini hanya dimanfaatkan untuk mandi dan mencuci, tak bisa untuk dikonsumsi," jelas Sutarpan.
Seperti warga dan relawan, Sutarpan pun ikut harap-harap cemas menanti ditemukannya sumber air baru.
Baca juga: Disnakertrans DI Yogyakarta Belum Menerima Juknis Penetapan UMP dan UMK
Baca juga: Apindo DI Yogyakarta Berharap Upah Minimum 2021 Ditentukan Melalui Perundingan Bipartit
Ia pun berharap debitnya nanti bisa setara bahkan melebihi Gua Keceme.
Jika nanti benar-benar ditemukan, Sutarpan mengatakan pihak Kalurahan sudah melakukan persiapan.
Antara lain akan mengebor dan memasang pipa agar air langsung teraliri ke Pijenan dan Jeruken.
"Kalau bisa yang airnya dialirkan ke dusun lain, tak hanya 2 dusun ini," katanya.
Terpisah, Kasi Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Gunungkidul Agus Wibawa mengatakan pencarian sumber air memang kerap dilakukan.
Upaya tersebut semakin gencar dilakukan saat musim kemarau.
Ia pun mengakui ada sejumlah kendala dalam proses pencarian.
Mulai dari kondisi geografis alam hingga biaya. Namun upaya tersebut terbukti sudah membuahkan hasil di beberapa lokasi
"Proses ini tentu membutuhkan kerjasama antara warga dan relawan, agar sumber air bisa ditemukan secepatnya," kata Agus. (alx)