Yogyakarta
Banyaknya Kasus Kekerasan Pada Anak Disebabkan Ketimpangan Relasi Kuasa
Ketua Umum Yayasan Lembaga Perlindungan Anak (LPA) DIY, Dr Sari Murti Widyastuti mengatakan, secara umum kasus kekerasan pada anak muncul karena ketim
Penulis: Maruti Asmaul Husna | Editor: Ari Nugroho
Laporan Reporter Tribun Jogja, Maruti Asmaul Husna
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA – Kasus kekerasan pada anak masih kerap ditemui dalam berbagai wujud, baik secara fisik maupun psikis.
Ketua Umum Yayasan Lembaga Perlindungan Anak (LPA) DIY, Dr Sari Murti Widyastuti mengatakan, secara umum kasus kekerasan pada anak muncul karena ketimpangan relasi kuasa antara anak dan pelaku kekerasan.
“Entah itu orang tua, guru, paman, pakde, si anak tidak punya posisi tawar untuk melakukan perlawanan. Apalagi terkait kekerasan seksual. Biasanya ini dilakukan oleh orang dekat, entah orang tua, atau yang tinggal di rumah dengan dia. Itu situasi yang sangat memungkinkan si anak mudah menjadi korban kekerasan,” ujarnya saat dihubungi Tribunjogja.com, Senin (28/9/2020).
• Hingga Agustus 2020, 96 Kekerasan pada Anak Terjadi di Sleman
Ia menerangkan, pemicu kekerasan seksual pada anak bermacam-macam.
Kadang kala orang dewasa yang menyadari telah memiliki kebutuhan biologis tidak menemukan penyaluran akan hal itu, sehingga melakukan pada anak yang tidak berdaya.
Sari menyebutkan, cara yang ditempuh misalnya memberi iming-iming, tipuan, bujukan, hingga ancaman.
Di akhir biasanya anak diancam oleh sesuatu sehingga anak tidak berani melakukan perlawanan.
“Sementara pada sisi anak, tidak semua anak itu mendapatkan bekal untuk memahami tubuhnya sendiri secara benar. Kalau dia menyadari tubuhnya, tentu dia tahu siapa yang boleh menyentuh, atau setidaknya jika anak perempuan yang boleh menyentuh hanya ibunya sendiri. Tidak semua anak mendapatkan pemahaman tentang itu,” jelas Dosen Fakultas Hukum Universitas Atma Jaya Yogyakarta ini.
Menurut Sari, untuk membangun kesadaran ini di masyarakat masih sulit.
Masyarakat lebih sering menganggap tabu tentang pendidikan seksual.
• Terduga Pelaku Kekerasan Seksual Fetish Bungkus Kain Jarik Ditangkap di Kapuas
“Masa anak-anak diajari tentang seks? Padahal kan bisa dengan metafora, misalnya pada anak yang sudah mens bisa diberi tahu, dia itu seperti bunga yang mekar, kalau didatangi kumbang bisa terjadi penyerbukan dan menjadi buah. Itu kan sopan. Jadi bagaimana cara orang tua memberikan pendidikan pada anak sehingga dia hati-hati,” terang Sari.
Selain kekerasan seksual, bentuk kekerasan lain yang kerap dilakukan yaitu eksploitasi pada anak.
Menurut Sari, hal itu dipicu karena dalam kondisi pandemi ini banyak sumber kehidupan orang yang semula dimiliki menjadi hilang atau berkurang.
Banyak juga yang memiliki persoalan baru.