Munculnya Transmisi Klaster Lokal Pasien Covid-19 di Daerah Istimewa Yogyakarta
pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta merilis data tambahan kasus Covid-19 pada 25 September 2020 .
Penulis: Tribun Jogja | Editor: Iwan Al Khasni
Tribunjogja.com Yogyakarta -- Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta merilis data tambahan kasus Covid-19 pada 25 September 2020 .
Tercatata ada 62 kasus Covid-19 pada 25 September 2020.
Jumlah tersebut didapatkan dari pemeriksaan sebanyak 1.285 sampel dari 1.132 orang yang diperiksa.
Juru Bicara Pemda DIY untuk Penanganan Covid-19 Berty Murtiningsih mengatakan, total kasus positif Covid-19 di DIY sampai saat ini sebanyak 2.458 kasus, di mana kasus terbaru tercatat sebagai kasus 2.403-2.463.
"Distribusi kasus berdasarkan domisili Kota Yogyakarta 8 kasus, Kabupaten Bantul 19 kasus, Kabupaten Kulonprogo 2 kasus, Kabupaten Gunungkidul 1 kasus, dan Kabupaten Sleman 31 kasus," jelasnya, Jumat (25/9/2020).
Selanjutnya, distribusi kasus berdasarkan riwayat yakni skrining karyawan kesehatan 1 kasus, skrining pasien 1 kasus, tracing kontak kasus 45 kasus, pelaku perjalanan 3 kasus, periksa mandiri 3 kasus, dan masih dalam penelusuran 8 kasus.
"Laporan jumlah kasus sembuh sebanyak 25 kasus sehingga total kasus sembuh menjadi sebanyak 1.677 kasus," ucapnya.
Distribusi kasus sembuh berdasarkan domisili yakni Kota Yogyakarta 10 kasus, Kabupaten Bantul 3 kasus, Kabupaten Kulonprogo 11 kasus, Kabupaten Sleman 1 kasus.
Hingga saat ini jumlah total sampel yang diperiksa sampai dengan 25 September 2020 sebanyak 68.858 sampel dari 55.305 orang yang diperiksa.
Mengenai penggunaan tempat tidur di 27 rumah sakit rujukan Covid-19 DIY pada 25 September 2020 yakni tempat tidur critical tersisa 20 bed (ketersediaan 48 bed, terisi 28 bed) dan tempat tidur non critical tersisa 196 bed (ketersediaan 404 bed, terisi 208 bed).
Data dari Dinas Kesehatan DIY secara umum per 25 September 2020 bahwa jumlah total suspek di DIY adalah 12.555 orang, konfirm sebanyak 2.458 orang, sembuh 1.677 orang, meninggal konfirm 64 orang, kasus aktif 717 orang, case recovery rate 68,23 persen, dan case fatality rate 2,60 persen.
• Pasien Covid-19 Klaster Warung Soto Lamongan di Yogyakarta Meninggal, Penjelasan Gugus
• Penjelasan Gugus Tugas , Riwayat Kasus Penularan Covid-19 di Malioboro Yogyakarta
Dewan Sebut Transmisi Lokal DIY Masif
Wakil Ketua DPRD DIY Huda Tri Yudiana mengatakan bahwa saat ini penting untuk mendeteksi klaster yang tersebar di DIY mengingat penularan Covid-19 di DIY semakin masif.
Namun hal tersebut bukan hal yang mudah.
"Termasuk yang terkait ASN, itu masih dugaan. Ini dapat dari mana, menulari siapa, transmisi lokal terjadi sangat masif," ucapnya, Jumat (25/9).
Politisi PKS tersebut merasa perlu mengaktifkan kembali sistem sosial seperti di awal pandemi.
Saat itu masyarakat di kampung maupun desa melakukan upaya pengetatan pengawasan untuk masuk ke wilayah serta melarang kegiatan bertamu, terutama untuk mereka yang berasal dari luar daerah.

"Kalau di tempat umum ada pengetatan protokol kesehatan oleh aparat. Sudah ada payung hukum Inpres dan Pergub. Kita juga minta bantuan TNI-Polri di DIY untuk melakukan penegakan protokol kesehatan di berbagai lokasi keramaian. Mall, toko, perkantoran bisa dikasih sanksi kalau abai," ungkapnya.
Huda menambahkan, bahwa satu-satunya cara yang paling ampuh yakni ada pada kesadaran individu.
Ia meminta warga secara personal merasa dirinya positif Covid-19 sehingga bisa menjaga satu dengan lain dan menegakkan protokol kesehatan dengan baik.
"Saya prihatin sekali saat mampir ke rumah sakit, melihat teman-teman tenaga kesehatan merasa sangat berat. Kasihan sekali. Jangan sampai rumah sakit kita ambruk. Saya pribadi mengucapkan bela sungkawa kepada rekan kita ASN Bapel Jamkesos DIY. Semoga beliau diterima arwahnya di sisi-Nya dan husnul khatimah," tutupnya
Teknologi alat deteksi Covid-19 melalui embusan nafas yang dikembangkan UGM, yakni GeNose, kembali memasuki tahapan berikutnya. UGM secara resmi melakukan serah terima GeNose kepada Kemenristek/BRIN, Kamis (24/9/2020).

GeNose dikerjakan oleh tim ahli lintas bidang ilmu di UGM, yaitu Dr. Eng. Kuwat Triyana, M.Si (FMIPA); dr. Dian Kesumapramudya Nurputra, Sp.A, M.Sc., Ph.D. (FKKMK); Dr. Ahmad Kusumaatmaja (FMIPA); dr. Mohamad Saifudin Hakim, M.Sc., Ph.D (FKKMK); dan para mitra industri strategik yang berkomitmen dalam penghiliran hasil riset dan inovasi kampus.
Sebagai alternatif alat deteksi Covid-19, GeNose memiliki keunggulan waktu deteksi yang jauh lebih cepat dan biaya yang dikeluarkan jauh lebih murah. Satu unit GeNose yang diperkirakan seharga Rp40 juta dapat digunakan untuk 100 ribu pemeriksaan.
“Biaya yang dikeluarkan per pasien jauh lebih murah daripada rapid test,” ujar Kuwat saat dihubungi Tribunjogja.com, Jumat (25/9/2020).
Sementara, dalam hal kemampuan mendeteksi virus corona baru dalam tubuh manusia, GeNose mampu mengeluarkan hasil tes tidak lebih dari 2 menit berupa positif atau negatif Covid-19.
“Kalau sebelumnya butuh waktu sekitar 3 menit, kemarin saat uji di BIN sudah bisa turun menjadi 80 detik sehingga lebih cepat lagi,” kata Kuwat.
Menurut Kuwat, cara kerja GeNose sangat berbeda dengan tes PCR yang melakukan identifikasi dari jenis virus melalui RNA kemudian di-reverse menjadi DNA.
“Ide awal alat ini, nafas bisa memberi gambaran indikasi banyak penyakit. Gangguan ginjal, kanker, paru bisa dianalisis dari embusan nafas dan sudah banyak yang melakukan,” ungkapnya seperti disampaikan dalam Webinar Sonjo Jogja, belum lama ini.
Keuntungan GeNose lainnya, lanjut dia, dalam proses pendeteksian tidak diperlukan tenaga kesehatan maupun alat pelindung diri (APD). Sebab, pasien hanya tinggal mengembuskan nafas dalam sebuah kantong seperti balon dan tidak perlu kontak dengan alat GeNose itu sendiri.
Pada Mei hingga Agustus 2020 alat ini telah menyelesaikan uji profiling atau kalibrasi dengan melibatkan 615 profile. Uji profiling menggunakan sampel data valid di Rumah Sakit Bhayangkara dan Rumah Sakit Lapangan Khusus Covid-19 Bambanglipuro Bantul yang hasilnya menunjukkan tingkat akurasi tinggi, yaitu 97 persen.
Selanjutnya, dilakukan tahap uji klinis tahap pertama dan saat ini GeNose tengah memasuki uji klinis tahap kedua. “Awal November target kami merilis 200 unit. Selanjutnya dibutuhkan izin edar dari Kemenkes,” ungkapnya.
Sementara, dilansir dari laman web ugm.ac.id, peneliti GeNose lainnya, Dian Kesumapramudya Nurputra memaparkan GeNose bekerja mendeteksi Volatile Organic Compound (VOC) yang terbentuk karena adanya infeksi Covid-19 yang keluar bersama nafas melalui embusan nafas ke dalam kantong khusus. Selanjutnya, diidentifikasi melalui sensor-sensor yang kemudian datanya akan diolah dengan bantuan kecerdasan artifisial (artificial intelligence).
Menristek/BRIN, Bambang Brodjonegoro, mengapresiasi alat deteksi Covid-19 lewat embusan nafas yang dikembangkan oleh tim peneliti UGM. Dia mengatakan pihaknya siap untuk mendukung uji klinis lanjutan GeNose.
“Risetl/BRIN melalui Konsorsium Riset dan Inovasi Covid-19 siap memberikan dukungan upaya finalisasi GeNose dalam bentuk dukungan uji klinis tahap 2,” ucapnya.
Ia berharap GeNose bisa segera dimanfaatkan secara masif oleh masyarakat dan menargetkan setidaknya pada Desember 2020 alat ini dapat digunakan untuk skrining. ( Tribunjogja.com | Kur | Uti )