Sleman
Pengamat Politik UGM Sebut Duel Srikandi di Pilkada Sleman Tak Seimbang
Secara iklim politik, wilayah Kabupaten Sleman lebih mendominasi dibanding dua Kabupaten lain yakni Bantul dan Gunungkidul.
Penulis: Miftahul Huda | Editor: Gaya Lufityanti
Ia menilai jika asumsi head to head di hadapkan kepada dua perempuan ini dinamika politiknya tidak terlalu heboh.
"Karena bu Sri Muslimatun tidak punya kendaraan politik yang heboh juga. Sementara potensi kendaraan yang heboh sendiri ada di PDIP," imbuh dia.
Meski secara kapasitas Sri Muslimatun unggul dalam keorganisasian yakni sebagai satu di antara orang terpenting di yayasan Sakinah Idaman, menurut Purwo hal tersebut tidak menjamin memudahkan langkah Sri Muslimatun.
"Itu kan bisnis. Saya kira sulit jika dijadikan mesin politik. Sulit untuk menjalin sentimen. Secara fungsi politik belum cukup, karena tidak sistematik seperti kubu Kustini Sri Purnomi," sambung Purwo.
Ia menganggap ketegangan kontestasi akan terasa di kubu Kustini Sri Purnomo.
Namun, demikian kehebohannya tidak seberapa besar meski dua-duanya memiliki modal politik yang hampir sama.
• Tekad Kustini Sri Purnomo Mengatasi Efek Pandemi di Sleman
Kustini Harus Waspadai Sandungan Partai Pendukung
Meski secara relasi kubu Kustini Sri Purnomo di atas angin, namun Purwo menganggap sandungan justru akan muncul dari partai pendukungnya yakni PAN.
"Bisa iya bisa tidak, tapi bendera dasarnya kan tetap PDIP," terang dia.
Ia menganggap PAN seharusnya lebih dihitung dan ditaruh di belakang dengan dasar kesadaran adanya problem di internal partai tersebut.
Meski terdapat 6 kursi di DPRD wilayah Sleman, suara PAN menurutnya tidak terlalu berpengaruh.
"Ya itu tadi, bisa iya bisa tidak. Karena problem internal dari partai itu sendiri yang membuat terkesan dikesampingkan," ungkapnya.
• Pemkab Sleman Optimis Pilkada 2020 Tetap Dilaksanakan 9 Desember
Head to Head Sri Muslimatun-Kustini Tak Imbang
Pasca Musyawarah Daerah (Musda) yang dilakukan Partai Golkar, muncul perpecahan yakni para kader Beringin Muda (Beriman) Partai Golkar memutuskan pindah haluan ke kubu Kustini.
Secara keuntungan suara, Sri Muslimatun dalam kondisi kurang baik.
Karena beberapa kader muda partai pengusungnya tersebut justru mendarat ke Kustini.
"Ini terjadi head to head yang tidak berimbang antara dua perempuan ini," pungkasnya. (TRIBUNJOGJA.COM)