Bantul

Kisah Prajurit TNI Sukses Budidaya Kedelai Jepang di Bantul

Anggota Tentara Nasional Indonesia (TNI) dari Kodim 0730/ Gunungkidul, Sersan Satu (Sertu) Rohmat Sujadi berhasil mengembangkan budidaya kedelai edama

Penulis: Ahmad Syarifudin | Editor: Ari Nugroho
TRIBUNJOGJA.COM / Ahmad Syarifudin
Sertu Rohmat Sujadi bersama Penyuluh Pertanian dari DPPKP Bantul sedang memanen kedelai edamame di lahan pertanian Padukuhan Cepoko, Trirenggo Bantul, Jumat (19/9/2020) 

TRIBUNJOGJA.COM, BANTUL - Anggota Tentara Nasional Indonesia (TNI) dari Kodim 0730/ Gunungkidul, Sersan Satu (Sertu) Rohmat Sujadi berhasil mengembangkan budidaya kedelai edamame di area lahan pertanian Padukuhan Cepoko, Desa Trirenggo, Bantul.

Rohmat menanam kacang yang dikenal berasal dari Jepang itu di lima petak sawah, dengan total luas lahan sekitar 3.500 meter persegi.

Hasilnya tumbuh subur dan panen dengan melimpah.

Dalam satu meter persegi, tanaman edamame mampu menghasilkan 1 kilogram kedelai basah.

Artinya dengan luas lahan 3.500 meter persegi, ditaksir mampu menghasilkan sedikitnya, 3.5 ton kedelai.

Ditemui saat sedang panen, Rohmat mengatakan, dirinya tertarik budidaya kedelai edamame berangkat dari hobi bercocok tanam, sekaligus ikut membantu menjaga ketahanan pangan yang dicanangkan oleh pemerintah.

Sebelumnya, Ia mengaku sudah menanam pelbagai macam tanaman, mulai dari Jagung, Padi hingga kedelai konvensional.

Mulai September, Kartu Tani Wajib Digunakan untuk Pupuk Bersubsidi

"Tetapi yang paling menguntungkan, adalah menanam kedelai edamame ini," kata dia, Jumat (19/9/2020).

Panen edamame yang dilakukan Rohmat merupakan panen ke-dua.

Sebelumnya, Ia pernah panen dilahan seluas 1.200 meter persegi.

Karena dianggap menguntungkan, luas tanam ditambah.

Panen yang melimpah dan harga jual tinggi serta pangsa pasar luas, membuat budidaya kedelai yang dipanen saat usia 65 hari itu menuai banyak keuntungan.

Untuk ukuran super atau A dibanderol dengan harga Rp 15 ribu/kilogram.

Ukuran sedang (B) dijual Rp 12 ribu. Sedangkan ukuran yang paling kecil (C) dibanderol dengan harga Rp 10 ribu/kilogram.

Menurut dia, harga tersebut stabil bahkan cenderung terus mengalami kenaikan.

Sebab, pangsa pasar edamame saat ini cukup luas, peminatnya banyak, bahkan ada yang berasal dari luar daerah, sementara petani yang menanam sedikit.

Saat ini, pemasaran kedelai dilakukan Rohmat secara online.

Petani di Bantul Ini Raup Untung Melimpah dari Hasil Panen Edamame

"Pelanggannya ada yang luar daerah. Kadang ada juga yang langsung datang," ujar Rohmat. Menurut dia, pelanggan yang membeli kedelai edamame, lebih banyak diolah untuk dibuat camilan sehat. Pasalnya, kedelai yang dipanen saat masih hijau itu selama ini dikenal sebagai makanan sehat. Mengandung serat dan antioksidan yang dapat membantu menurunkan kolesterol jahat.

Tetap Tugas

Rohmat mengaku bercocok tanam adalah hobi.

Sebab, dirinya berasal dari keluarga petani.

Meskipun, disambi dengan budidaya edamame, Rohmat mengaku tetap bertanggung jawab dengan ketugasan dirinya sebagai seorang prajurit.

Tugas dinas menurutnya tetap dilaksanakan dengan baik.

"Dinas sebagai anggota TNI tetap tidak saya tinggalkan," ucap prajurit yang bertugas sebagai Babinsa Girikarto, Koramil Panggang itu.

Menurut dia, dalam menjalankan usaha, dirinya memiliki pekerja yang bisa diandalkan memelihara kedelai.

Baru saat ada waktu luang, Ia datang ke sawah untuk melihat dan mengarahkan langsung, budidaya edamame.

"Jadi dinas sebagai Prajurit tetap jalan, pertanian juga tetap berjalan," terang Pria berusia 53 tahun itu.

Menghitung tahun, Ia mengaku akan memasuki purna tugas.

Sebab itu, menjelang selesai ketugasan dirinya sebagai prajurit, ia mengaku ingin berkontribusi lebih banyak dalam menjaga ketahanan pangan, utamanya pengembangan budidaya kedelai edamame.

Penyuluh Pertanian Kecamatan Bantul, Dinas Pertanian Pangan Kelautan dan Perikanan (DPPKP) Bantul, Fibrica Hananta Tur mengatakan, budidaya kedelai edamame memang memiliki banyak keunggulan dibanding dengan kedelai konvensional.

Keunggulan itu, kata dia, terletak pada hasil panen yang melimpah, kemudian harga yang relatif lebih tinggi dan pangsa pasar yang terbuka lebar.

Sebab, Budidaya edamame di Bantul terbilang masih sedikit.

"Di kecamatan Bantul saja belum sampai 50 hektar," ucap dia.

Disamping itu, Fibrica mengatakan, kedelai edamame memiliki karakter masa tanam yang lebih pendek, dibanding komoditas lain.

Mulai masa tanam hingga usia panen hanya sekitar 65 hari dengan hasil lebih melimpah. Ia menyebutkan perbandingan, kedelai konvensional, dalam satu hektar hanya mampu menghasilkan 1,3 kwintal kedelai Oc kering.

Sementara edamame dalam satu hektar, mampu menghasilkan 10 ton kedelai basah.

"Jadi produksinya melimpah, harganya juga relatif tinggi," ujar dia. (TRIBUNJOGJA.COM)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved