Kota Yogyakarta
Kisah Sekretaris Dinkes Kota Yogya Menuju Kandidat ASN Inspiratif 2020
Dinilai memiliki rekam jejak, serta deretan terobosan apik selama mengabdi, Sekretaris Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Yogyakarta, Tri Mardoyo diikutkan
Penulis: Azka Ramadhan | Editor: Ari Nugroho
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Dinilai memiliki rekam jejak, serta deretan terobosan apik selama mengabdi, Sekretaris Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Yogyakarta, Tri Mardoyo diikutkan dalam ajang ASN Inspiratif 2020 yang dilangsungkan oleh Kementerian Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi.
Analis Kebijakan Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta, Kantoro mengatakan, gelaran tersebut terbuka bagi seluruh pegawai negeri sipil seantero tanah air, dengan catatan dia memiliki prestasi yang layak dibanggakan.
Ia pun berujar, nama Tri Mardoyo sangat layak dikedepankan untuk mewakili kota pelajar.
"Begitu dapat informasi Anugerah ASN 2020, saya langsung kepikiran Pak Tri Mardoyo. Kemudian, kami koordinasikan di internal dinas serta BKPP, hingga akhirnya disetujui Bapak Wali Kota," terangnya, saat dijumpai Selasa (15/9/20).
Keputusannya merekomendasikan Tri Mardoyo jelas bukan tanpa alasan.
Bagaimana tidak, ia menyebutkan, sudah begitu banyak gagasan, maupun inovasi menarik yang bersumber dari pemikiran sang sekretaris dinas, di samping integritas dan moralitasnya sebagai ASN yang tak perlu diragukan lagi.
Benar saja, deretan inovasi tersebut antara lain, Yogyakarta Emergency Service (YES) 118 yang kini telah bertransformasi jadi Public Safety Centre (PSC) 119 YES, Buku Panduan Pengobatan, layanan psikolog Puskesmas, Rumah Sehat Lansia (Rusela) serta Sistem Kelurahan Siaga Gerakan Masyarakat Sehat (Si Kesi Gemes).
• Kisah Inspiratif Nenek Berusia 105 Tahun yang Sembuh dari Virus Corona di Surabaya
Di antara deretan gagasan itu, YES 118 bisa dibilang salah satu yang paling layak dibanggakan, karena menjadi embrio terbentuknya PSC 119 yang diluncurkan pemerintah pusat beberapa waktu silam.
Tri Mardoyo pun mengakui, untuk merealisasikannya, memang butuh perjuangan ekstra.
Ia mengisahkan, gagasan tersebut diapungkan pada 2016 lalu, saat dirinya melihat seorang bidan praktek mengalami kesulitan ketika hendak membawa pasiennya menuju rumah sakit.
Pasalnya, dalam kondisi genting, rumah sakit baru bisa mengirim ambulannya, dua jam setelah laporan itu masuk.
Alhasil, demi menolong pasien supaya bisa segera mendapat penanganan medis memadahi, bidan tersebut akhirnya harus melakukan evakuasi secara mandiri.
Berawal dari situ, ia pun memutar otak dan mencari cara untuk membangun sebuah sistem layanan kesehatan yang bersifat kedaruratan.
Namun, bak membentur tembok tebal, Tri Mardoyo sempat menemui banyak kesulitan untuk mewujudkan anggan nan mulia itu.
Bahkan, ia sampai harus menerima cibiran dari sejumlah pihak. Saat itu, mereka memandang sebelah mata dan mengaggap inovasi tersebut sukar terrealisasi.
• Revitalisasi Pedestrian, Pemkot Yogya Belum Putuskan Nasib PKL di Jalan KHA Dahlan
