Gunungkidul

Alami Kekeringan, 2 Dusun di Girisekar Panggang Bergantung pada Dropping Air

Musim kemarau yang masih berlangsung hingga saat ini membuat sumber air bersih kian menyusut di wilayah Gunungkidul.

Penulis: Alexander Aprita | Editor: Gaya Lufityanti
TRIBUNJOGJA.COM / Alexander Ermando
Sejumlah warga melakukan aktivitas mandi dan mencuci di Danau Towet, Kalurahan Girisekar, Panggang, Gunungkidul 

TRIBUNJOGJA.COM, GUNUNGKIDUL - Musim kemarau yang masih berlangsung hingga saat ini membuat sumber air bersih kian menyusut di wilayah Gunungkidul.

Alhasil warga terdampak pun harus mencari cara untuk memenuhi kebutuhan air bersih.

Kondisi sulit air ini tak terkecuali dirasakan di wilayah Kalurahan Girisekar, Kapanewon Panggang.

Lurah Girisekar Sutarpan menyebut 2 dari 9 pedukuhan di wilayah ini terdampak kekeringan.

"Kedua pedukuhan itu adalah Pijenan dan Jeruken. Memang sumber air di sana debitnya rendah, kadang keluar kadang tidak," ungkap Sutarpan, Selasa (15/09/2020).

Selain rendahnya debit air, Sutarpan juga menyebut 2 pedukuhan ini belum teraliri air bersih dari PDAM dan memang rawan kekeringan.

Kekeringan di Tengah Pandemi, Pemda DIY akan Dropping Air Bersih Lebih Banyak

Sedangkan 7 pedukuhan lainnya sudah, meski menurutnya belum maksimal secara keseluruhan.

Lantaran kondisi tersebut, warga di Pijenan dan Jeruken pun bergantung pada distribusi air bersih dari berbagai pihak seperti kapanewon, BPBD Gunungkidul, hingga pihak ketiga atau swasta. 

Sutarpan menyebut dropping air BPBD Gunungkidul sudah berjalan selama 2 bulan terakhir.

"Tiap hari dropping air dilakukan BPBD. Kalau tidak ya warga beli dengan harga Rp 150 ribu per tangki isi 5 ribu liter air," jelasnya.

Meski begitu, Sutarpan menyebut kondisi kekeringan kali ini tidak separah tahun sebelumnya.

Sebab selain Pijenan dan Jeruken, Pedukuhan Krambil turut terdampak.

Namun saat ini di sana sudah teraliri air oleh PDAM.

Selain bergantung pada dropping air, Warga juga memanfaatkan Danau Towet yang berbatasan dengan Pedukuhan Blimbing dan Mendak.

Sumber air dari Gua Keceme, Pedukuhan Waru pun turut dimanfaatkan warga.

"Sumber air di Gua Keceme ini diangkat secara swadaya oleh warga, dibantu oleh BPBD Gunungkidul," ujar Sutarpan.

Berdasarkan data BPBD Gunungkidul, Panggang termasuk satu dari 15 Kapanewon yang terdampak kekeringan pada tahun ini.

Hampir 130 ribu warga di wilayah ini mengalami krisis air.

Kepala Pelaksana BPBD Gunungkidul Edy Basuki beberapa waktu lalu menyampaikan, hingga Agustus sebanyak 550 lebih tangki air sudah didistribusikan ke wilayah terdampak.

Kekeringan Mulai Meluas, 262 Pedukuhan di Gunungkidul Mulai Kesulitan Air Bersih

Dropping air dilaksanakan sejak Juli silam.

"Tiap harinya kami menyalurkan 20 tangki air ke wilayah yang sudah mengajukan permohonan ke BPBD," kata Edy.

Seperti Sutarpan, Edy menyebut dampak kekeringan tahun ini bisa ditangani dengan baik.

Sebab menurutnya pada 2019 lalu kekeringan yang terjadi lebih parah.

Hingga akhir Agustus, sudah ada 11 kapanewon yang mengajukan permohonan dropping air bersih.

Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Gunungkidul mengalokasikan dana sebesar Rp 700 juta untuk penanganan kekeringan tahun ini.

"Dropping air akan terus kami lakukan selama ada permintaan resmi dari masyarakat," ujar Edy. (TRIBUNJOGJA.COM)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved