Jakob Oetama Meninggal Dunia
Mengenang Jakob Oetama : Sosok Luar Biasa yang Tetap Biasa Itu Akan Terkenang Sepanjang Masa
Jakob Oetama telah menorehkan catatan, tak hanya bagi kalangan Kompas Gramedia, namun juga bangsa Indonesia
Penulis: Sigit Widya | Editor: Muhammad Fatoni
Jakob, Ojong, dan Frans Seda kemudian menambahi nama Bentara dengan kata “Rakyat” sehingga menjadi Bentara Rakyat.
Keputusan tersebut untuk menunjukkan bahwa tidak hanya orang komunis yang bisa mengklaim kata “Rakyat”.
Namun, oleh Bung Karno, nama Bentara Rakyat diubah menjadi Kompas, yang artinya penunjuk arah.
Agar lebih menonjol, penerbit koran diganti nama menjadi PT, bukan yayasan.
• Jakob Oetama Mewariskan Semangat Jurnalisme Mengawal Demokrasi
• Obituari: Kebimbangan Jakob Oetama, antara Jadi Guru atau Jurnalis . . .
Dan sejak 1982, Penerbit Kompas akhirnya berganti nama menjadi PT Kompas Media Nusantara.
Perusahaan tersebut kemudian menjadi besar. Bahkan, kemudian muncul nama Kelompok Kompas Gramedia, yang melebarkan bisnis tak hanya di media, tetapi juga bidang lain.
Tentunya, keberhasilan itu tak lepas dari buah usaha keras yang dilakukan oleh Jakob, Ojong, dan orang-orang pendukungnya.
“Sikapnya yang bijaksana dan rendah hati, serta masih aktif dalam berbagai kegiatan, tidaklah mudah dilakukan,” ujar mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla, di sela perayaan ulang tahun ke-80 Jakob di Bentara Budaya Jakarta (Kompas.com, 27 September 2011).
Mantan Ketua Umum Pengurus Pusat Muhammadiyah, Ahmad Syafi'i Ma'arif, menganggap bahwa sebagai manusia, Jakob sangatlah otentik.
Apa yang diucapkan, dipikirkan Jakob, katanya, semua datang dari dalam: lubuk manusia. “Saya senang,” ucapnya.

Rabu, 9 September 2020 siang kemarin, Jakob berpulang dalam usia 88 tahun.
Ia telah menorehkan catatan, tak hanya bagi Kompas Gramedia, namun juga bangsa.
Usia 88 tahun melengkapi catatan perjalanan Jakob dari manusia biasa, manusia luar biasa yang tetap biasa, hingga kini dikenang sebagai sosok sederhana nan bersahaja.
Selamat berpulang, Pak Jakob. Damai di sisi Bapa.
Terima kasih telah mengajari hidup dan berkarya. Kami akan mengenangmu sepanjang masa.
(Tribun Jogja / Sigit Widya)