Human Interest Story
Tak Ada Biaya Pengobatan, Bocah Asal Tanjungsari Gunungkidul Derita Lumpuh selama 5 Tahun
"Dia takut dan malu kalau ketemu orang. Sekali bertemu pasti langsung menangis seperti ini," tutur Wastini dengan suara tercekat.
Penulis: Alexander Aprita | Editor: Ari Nugroho
Sehari-harinya, Wastini hanya bekerja sebagai buruh tani, mengolah lahan pertanian milik tetangga.
Upah yang didapat hanya Rp 35 ribu hingga Rp 50 ribu sehari.
Bahkan upahnya hanya sekadar singkong atau kacang.
Wastini hanya berjuang sendirian, lantaran ia sudah pisah dari suaminya.
Ia mengungkapkan suaminya pamit kerja, namun lama tak ada kabar.
Baru akhir-akhir ini ayah Edo tersebut kembali untuk memberi nafkah seadanya.
Ayahnya sendiri juga memiliki keterbatasan fisik, yaitu hanya memiliki satu tangan. Ia bekerja serabutan.
"Saya sampai jual kambing satu-satunya untuk membiayai pengobatan Edo, termasuk membayar sebagian utang," kata Wastini.
• Lumpuh Sejak Bayi, Gadis Asal Tepus hanya Dititipkan pada Kakek-Neneknya
Kini, Edo lebih banyak menghabiskan waktu di rumah bersama Wastini, persisnya di Pedukuhan Kanigoro, Kemadang, Tanjungsari.
Rumah itu milik saudara Wastini, di mana keduanya hanya menumpang di situ.
Edo pun tak lagi melanjutkan sekolah selama 5 tahun terakhir.
Sebab ia malu menjadi bahan ejekan teman-temannya sendiri.
Selama di sekolah pun, ia hanya diam.
Namun kemudian ia menceritakan apa yang dialami pada ibunya sambil menangis.
Edo tak sekadar diam di rumah.