Update Corona di DI Yogyakarta
BNPB dan BPBD DIY Gelar Simulasi Penanggulangan Bencana Erupsi Merapi pada Masa Pandemi
Pada situasi pandemi, simulasi bencaana dilakukan hanya mencakup geladi ruang dan geladi posko.
Penulis: Maruti Asmaul Husna | Editor: Gaya Lufityanti
Laporan Reporter Tribun Jogja, Maruti Asmaul Husna
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - DIY mempunyai 12 jenis ancaman bencana, satu di antaranya ialah erupsi Gunung Merapi.
Sebagai bentuk kesiapsiagaan terjadinya bencana Gunung Merapi di masa pandemi, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) bersama Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DIY menggelar simulasi yang melibatkan pihak-pihak berwenang.
Kegiatan yang bertajuk Simulasi Penanggulangan Bencana Pada Masa Pandemi Covid-19 di DIY ini dilakukan pada Selasa-Jumat (25-28/8/2020) di Pesonna Hotel Tugu Yogyakarta.
Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan (Pusdiklat) Penanggulangan Bencana (PB) BNPB, Bertori S P Panjaitan menjelaskan pada keadaan normal simulasi biasanya dilakukan dalam tiga hal, yakni geladi ruang, geladi posko, dan geladi lapangan.
• BMKG Pasang Berbagai Alat Deteksi Bencana di YIA
Namun, di situasi pandemi simulasi dilakukan hanya dengan geladi ruang dan posko.
"Karena Covid-19 geladi lapangan tidak kami lakukan karena tidak boleh melibatkan orang banyak. Yang kami lakukan geladi ruang, di ruangan (hotel) ini. Juga dilakukan geladi posko," ujarnya dalam kegiatan yang dilakukan di Pesonna Hotel Tugu Yogyakarta itu, Selasa (25/8/2020).
Kegiatan ini akan mengujikan 4 move, dari kondisi normal hingga pemulihan.
Geladi ruang merupakan sebuah metode simulasi bencana bagi para pengambil keputusan daerah dalam menghadapi bencana.
"Pada simulasi ini peserta dilatih untuk bisa mengambil kebijakan yang cepat dan tepat dalam menghadapi bencana dalam koridor protap dan standar operasional prosedur yang berlaku," tambah Bertori.
"Sedangkan dalam geladi posko lebih menekankan pada mekanisme dan hubungan antar jajaran dan pelaku penanggulangan bencana. Kegiatan ini dilakukan sesuai dengan protokol kesehatan pada masa pandemi Covid-19," lanjutnya.
Dalam kesempatan yang sama, Kepala Pelaksana BPBD DIY, Biwara Yuswantana mengucapkan terima kasih kepada BNPB yang telah memfasilitasi rangkaian simulasi selama empat hari itu.
Ia mengatakan, BPBD DIY telah menyusun rencana kontingensi atau gambaran pelaksanaan dan pegangan bersama dalam penanganan erupsi Gunung Merapi di DIY.
Dengan demikian, berbagai pihak dapat memosisikan diri pada sebelum dan saat erupsi Merapi terjadi.
• Kemensos RI Aktifkan Kampung Siaga Bencana di Kabupaten Kulon Progo
"Kami sudah menyusun rencana kontingensi yang skenarionya berdasarkan rekomendasi BPPTKG. Rencana ini menyangkut 7 desa di 3 kecamatan yang berhubungan langsung dengan Merapi, yakni Pakem, Turi, dan Cangkringan," ungkapnya.
Dalam rencana kontingensi, lanjutnya, Kabupaten Sleman berperan sebagai komando dan Provinsi DIY sebagai pendukung dalam penanganan bencana Merapi.
Berdasarkan rekomendasi BPPTKG tingkat bahaya terbagi menjadi bahaya 1 sampai dengan 5.
Adapun yang diujicobakan dalam simulasi kali ini adalah bahaya 4 dan 5.
"Itu yang kemudian dalam rencana kontingensi disiapkan hal-hal terkait pola komandonya, di mana barak pengungsiannya, proses evakuasi, logistik seperti apa, penanganan kelompok rentan seperti apa. Ini akan disimulasikan siapa melakukan apa di ruangan ini nanti," papar Biwara.
Ia menyebutkan, beberapa pihak yang dilibatkan dalam simulasi di antaranya Pemerintah Kabupaten Sleman, Dinas Sosial, TNI, Polri, PMI, Orari, ambulans, Dinas Perhubungan, dan BPBD DIY.
"Kita latihan dengan pemeran-pemeran di dalam penanganan bencana itu," imbuhnya.
Biwara menambahkan, di situasi pandemi tentunya ada beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan.
• Eko Suwanto: Merapi Waspada, Perlu Simulasi Penanganggulangan Bencana di Tengah Pandemi Covid-19
"Bukan berarti akan terjadi sesuatu di era pandemi ini. Tapi ini menjadi aspek lain yang harus diperhitungkan dalam rencana kontingensi," imbuhnya.
"Karena kalau berjaga jarak, berprotokol kesehatan berdampak pada kapasitas pengungsian, transportasi, semisal satu mobil biasanya muat untuk 6 orang, sekarang kan harus jaga jarak. Demikian juga dengan barak pengungsian," sambungnya.
Sejauh ini, ungkap Biwara, sudah disiapkan barak-barak pengungsian, sister village, dan sebagainya.
"Artinya barak ini didukung oleh tempat-tempat penampungan yang ada di bawahnya, ada keluarga, ada sekolah, dan sebagainya," ucapnya.
"Skenario itu akan kita uji dan tingkatkan dengan praktik, latihan. Ketika terjadi peristiwa itu kan proses koordinasi, komunikasi itu seperti apa. Sinergi antar pemangku peran terkait Merapi," pungkasnya. (TRIBUNJOGJA.COM)