Kisah Tukang Badut di Kota Magelang yang Banting Stir jadi Penjual Kembang Hias di Tengah Pandemi
Kisah Tukang Badut di Kota Magelang yang Banting Stir jadi Penjual Kembang Hias di Tengah Pandemi
Penulis: Rendika Ferri K | Editor: Hari Susmayanti
TRIBUNJOGJA.COM, MAGELANG - Masa pandemi ini di mana segala sesuatunya sangat terbatas, banyak tukang-tukang atau pekerja harian yang mengalami kesulitan. Seperti para tukang badut panggilan.
Sejenak, mereka harus libur karena sepi orderan dan terpaksa harus banting setir, demi mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari.
Salamun (54), badut panggilan di Kota Magelang juga mesti menganggur karena sepinya panggilan untuk pertunjukkan.
Biasanya, Salamun keliling dari satu kampung ke kampung, atau dari kota ke kota, untuk menghibur pesta ulang tahun atau perayaan lain.
Seminggu bisa dua atau tiga tempat. Namun, dari Maret 2020 lalu, Salamun sepi orderan. Baru mulai ada bulan Agustus 2020 ini.
"Pas ada corona ini saya jadi nggak ada job. Terus saya, pernah nggak punya uang pas corona. Saya pinjam Rp 500 ribu, modal kembang, soalnya badut nya lagi sepi," kata Salamun, saat ditemui di rumahnya di Paten Gunung RT 03/RW 09, Kelurahan Rejowinangun Selatan, Kecamatan Magelang Selatan, Kota Magelang, Kamis (13/8/2020).
Salamun pun menjajal berjualan kembang hias yang terbuat dari kertas buat memenuhi kebutuhan sehari-harinya.
• Bukan Tenaga Pembantu, Status Pekerja Anggota SAR Satlinmas DIY Tidak di Bawah BKD
• Pasar Malam Alun-Alun Paseban Bantul Mulai Bangkit
Kembang hias itu, ia jual di pasar terdekat ke orang-orang yang berkunjung ke pasar atau orang lewat.
"Saya bunga hias ini sejak dulu sebenarnya. Sebelum corona. Tapi setelah sepi orderan, ya saya jualin bunga ini. Dulu saya modal pinjam Rp 500 ribu, terus nambah-nambah. Bunganya dari kertas, warna-warni. Harganya Rp 1.000 per buah untuk bunga hias ukuran kecil," tuturnya.
Sebenarnya sekali ngejob, Salamun bisa mendapat upah Rp 350.000. Baik untuk acara sunatan, pesta ulang tahun untuk anak-anak, atau acara lain. Namun, adanya corona ini, ia mesti mengencangkan sabuknya dulu. Cari rejeki selain dari berpentas.
"Sepi mas. Sejak Corona, bulan Maret 2020. Gak ada panggilan untuk mbadut. Lalu, jualan bunga hias aja ini," katanya.
Meski sudah berbulan-bulan sepi, sekarang Salamun mulai bisa bernapas lega, karena dapat panggilan pentas di beberapa tempat. Bulan Agustus 2020 ini, ia dapat tawaran mbadut dan sulap di beberapa tempat.
Meski sifatnya terbatas karena masih pandemi.
"Mulai job? 1 Juni kemarin sampai sekarang ada. Tanggal 1 di Kajoran, tangal 2 di Windusari. Bulan Agustus ada beberapa tempat juga," ujar Salamun. (Tribunjogja/Rendika Ferri Kurniawan)