Pentingnya Antioksidan Setiap Hari Apalagi di Tengah Pandemi COVID-19

Semakin banyak persediaan antioksidan yang dimiliki, maka semakin banyak pula manfaat yang diterima oleh tubuh dalam menangkal radikal bebas.

Editor: Rina Eviana
net
Ilustrasi 

Oleh : Dr.rer.nat. Hj. Tanti Tatang Irianti, M.Sc.,Apt

Dosen Farmasi UGM Yogyakarta

TRIBUNJOGJA.COM - Hidup di masa pandemi Virus Corona (COVID-19) mengubah pola hidup bahkan pola makan kita. Ya dengan adanya pandemi Virus Corona, pola hidup bisa berubah total 180 derajat pada semua aspek kehidupan.

Ketika pandemi COVID-19 belum juga berakhir maka kita dituntut untuk menjalani fase adaptasi kebiasaan baru dimana aktivitas tetap berjalan namun protokol pencegahan COVID-19 harus diterapkan.

Maka kesehatan tubuh baik secara jasmani maupun psikologi harus dijaga.

Tanpa tubuh sehat kita tidak bisa beraktivitas dengan baik. Oleh karena itu, faktor luar, terutama pola makan dan pola hidup harus dijaga dengan baik.

Keseimbangan tubuh sangat dipengaruhi oleh asupan sehari-hari.

Keberadaan kontaminan (residu logam berat atau bahan kimia lainnya dalam sayur, buah, daging, susu, dan kosmetika) akan menurunkan daya tahan tubuh dengan indikator kondisi kesehatan individu.

Daya tahan (imunitas, kekebalan) tubuh manusia dipengaruhi lingkungan sekitarnya dan berkaitan erat secara kimiawi (biokimiawi tubuh: usia, hormonal, dan enzimatik) atau system pencernaan juga secara tidak langsung ada factor psikis.

Ilustrasi
Ilustrasi (Shutterstock)

Tingkat kesehatan manusia dipengaruhi oleh banyak faktor luar dan dalam tubuh sebagai bakat turunan keluarga (termasuk chromosome defect seperti penyakit degenaratif) maupun efek stressor dari luar seperti mendapatkan masalah kehidupan secara psikis, sosial, atau ekonomi.

Stressor tersebut akan memengaruhi produksi radikal bebas dalam tubuh manusia sehingga dapat mengganggu mekanisme imunitas tubuh. Hal tersebut berkontribusi ke berbagai penyakit kronis seperti serangan jantung, Alzheimer, diabetes millitus, stroke, dan kanker.

Ada dua sumber radikal bebas yakni endogen (dari dalam) dan eksogen.

Sumber eksogen (dari luar tubuh) misalnya polusi udara, radiasi UV, sinar-X, pestisida, cemaran logam berat pada sayur, buah, dan asap rokok.

Adapun sumber endogen radikal bebas berasal dari dalam tubuh sendiri seperti autooksidasi, oksidasi enzimatik, dan respiratory burst.

Radikal bebas merupakan suatu atom molekul atau senyawa dengan satu atau lebih elektron tidak berpasangan sehingga sangat reaktif dan dapat terbentuk dalam tubuh saat bernapas sebagai hasil samping proses oksidasi atau pembakaran, olahraga berlebihan, ketika terjadi peradangan, terpapar polusi lingkungan seperti dari asap rokok, kendaraan bermotor, radiasi, dan sebagainya.

Mengenal Virus Tick Borne, Penyakit Baru dari Kutu yang Menyebabkan Demam Akut

Saat terjadi infeksi, radikal bebas diperlukan untuk membunuh mikroorganisme penyebab infeksi.

Namun, paparan radikal bebas (bersifat reaktif) berlebihan dan terus-menerus dapat menyebabkan kerusakan sel, mengurangi kemampuan sel untuk beradaptasi terhadap lingkungannya sehingga timbul gangguan kesehatan atau penyakit, dan pada akhirnya dapat menyebabkan kematian sel (meninggalnya seseorang).

Ada 10 jenis radikal bebas yang cukup berbahaya, yaitu:

- asap rokok

- polusi udara (asap kendaraan bermotor, industri, dan lain-lain),

- radiasi UV

- pestisida

- obat-obatan

- dampak olahraga berlebihan

- radioterapi

-autooksidasi

- oksidasi enzimatik

- dan respiratory burst.

Pembentukan radikal bebas terjadi secara terus-menerus di dalam tubuh. Hal ini terjadi melalui proses metabolisme sel normal, inflamasi, kekurangan nutrisi, maupun sebagai respons adanya radiasi sinar gama, UV, polusi lingkungan, dan asap rokok.

ilustrasi
ilustrasi (fortune.com)

Radikal bebas dapat menyebabkan kerusakan, karena bersifat reaktif sehingga perlu diinaktifkan agar terhindar adanya kerusakan makromolekul pembentuk sel (protein, karbohidrat, lemak, dan asam nukleat).

Radikal bebas di dalam tubuh merupakan bahan yang sangat berbahaya. Bahan radikal bebas tersebut sebenarnya merupakan senyawa atau molekul dengan satu atau lebih elektron tidak berpasangan pada orbital luarnya.

Muncul Penyakit Baru di China di Tengah Pandemi Covid-19, Begini Gejalanya

Elektron terus mencari pasangannya dan beberapa senyawa diikat oleh radikal bebas pada umumnya molekul besar seperti lipid, protein, maupun DNA.

Apabila hal tersebut terjadi maka akan mengakibatkan kerusakan sel atau pertumbuhan tidak bisa dikendalikan.

Rempah-rempah merupakan bahan yang tidak asing bagi kita untuk ramuan makanan kita sehari hari. Secara umum, senyawa fitokimia ini ada dalam tanaman dan sebagai zat alami dapat memberikan cita rasa, aroma, dan warna khas pada tanaman tersebut. 

Salah satu khasiat golongan senyawa ini adalah sebagai antioksidan dan mampu meningkatkan sistem kekebalan tubuh (imunitas). 

Oleh sebab itu, negara tropis seperti Indonesia dengan penyakit infeksi masih tinggi serta prevalensi penyakit degeneratif terus meningkat akan selalu membutuhkan antioksidan, apalagi masa pandemic kali ini.

Berdasarkan riset kesehatan dasar oleh Badan Litbangkes tahun 2007, penyebab kematian utama di Indonesia adalah stroke (15,4%) diikuti tuberkulosis, hipertensi dan cedera, serta diabetes melitus dan tumor.

Penyakit degeneratif seperti kanker, diabetes melitus dan komplikasinya, stroke, dan aterosklerosis disebabkan karena stres oksidatif. Antioksidan sangat diperlukan oleh tubuh untuk mengatasi dan mencegah stres oksidatif.

Saat ini, muncul wabah Virus Corona (COVID-19) yang terus menghantui tidak hanya Indonesia, namun seluruh dunia. Uji coba obat-obatan serta vaksin COVID-19 terus dilakukan, tetapi belum ada yang benar-benar mampu menyembuhkan sehingga perlakuan utama selain protokol COVID-19 adalah dengan meningkatkan imunitas masing-masing secara komprehensif.

Antioksidan merupakan produk penting tubuh kita sebagai penangkal COVID-19  atau kebutuhan primer.

Senyawa antioksidan, menurut pengertian kimiawi, adalah senyawa donor elektron. Adapun secara biologis, pengertian antioksidan lebih luas yaitu senyawa yang dapat meredam dampak negatif oksidan, termasuk enzim-enzim dan protein-protein pengikat logam atau stressor lainnya.

Antioksidan bekerja dengan mendonorkan satu elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga ada aktivitas penghambatan oksidan tersebut.

Tubuh memerlukan antioksidan untuk melindungi diri dari serangan radikal bebas dan penurunan imunitas.

Mekanisme antioksidan yaitu dengan mendonorkan electron ke molekul radikal bebas, sehingga dapat menstabilkan serta menghentikan atau menghambat reaksi berantai oksidasi substrat. Sel sel tubuh dapat dilindungi oleh antioksidan, karena molekul bisa stabil atau terhindar adanya radikal bebas.

Tubuh manusia mengandung molekul oksigen stabil dan tidak stabil. Molekul oksigen stabil penting untuk memelihara kehidupan sel.

Dalam jumlah tertentu radikal bebas diperlukan untuk kesehatan, tetapi radikal bebas bersifat merusak dan sangat berbahaya.

Fungsi radikal bebas dalam tubuh adalah untuk melawan radang, membunuh bakteri, dan mengatur tonus otot polos dalam organ maupun pembuluh darah. Jika reaksi ini berlangsung terus-menerus dalam tubuh manusia dan tidak berhenti, maka akan menimbulkan penyakit seperti kanker, jantung, penuaan dini, dan menurunnya sistem imun tubuh

Konsumsi antioksidan dari sumber eksternal sangat diperlukan bagi setiap orang untuk persediaan dalam menjaga keseimbangan tubuh.

Antioksidan ini dapat mencegah atau menunda beberapa jenis kerusakan sel akibat proses oksidasi.

Semakin banyak persediaan antioksidan yang dimiliki, maka semakin banyak pula manfaat yang diterima oleh tubuh dalam menangkal radikal bebas.

Sumber antioksidan ditemukan pada bahan pangan, seperti vitamin E, vitamin C, flavonoid, karotenoid, tannin, dan fenol.

Selain kaya antioksidan, pada umumnya buah dan sayuran kaya akan serat dan rendah kadar lemak jenuh.

Cara terbaik mengonsumsi sayur adalah dikonsumsi secara mentah atau dikukus setengah matang.

Tak hanya dengan mengonsumsi makanan kaya antioksidan, tetapi kita dapat melakukan pencegahan terhadap dampak negatif radikal bebas ini dengan beberapa hal yaitu pola hidup sehat dan cerdas, berolahraga dengan dosis tepat (frekuensi 3–5 kali dalam satu minggu dengan durasi 45–60 menit), istirahat yang cukup dan tidak merokok.(Tribunjogja.com)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved