Kasus Positif Covid-19 di DIY Melonjak dan Didominasi oleh OTG

Kasus OTG ditemukan tidak melalui pelayanan kesehatan, melainkan saat yang bersangkutan melakukan tes swab mandiri.

Penulis: Kurniatul Hidayah | Editor: Muhammad Fatoni
who.int
Berita Update Corona di Daerah Istimewa Yogyakarta 

Berty menjelaskan, selama ini ketika ada OTG maka penanganan yang dilakukan di tiap daerah akan berbeda.

Misalkan untuk PPDP di Bantul, begitu hasil reaktif mereka langsung dimasukkan ke Rumah Sakit Lapangan Bambanglipuro untuk menjalani swab.

"Kalau negatif dipulangkan, kalau positif langsung di situ. Demikian juga yang ada di Gunungkidul kan ada yang namanya Wanagama. Begitu ada reaktif langsung swab," paparnya.

Ia menambahkan bahwa kebijakan yang diambil Pemda DIY adalah memprioritaskan perlindungan terhadap orang-orang dengan risiko tinggi dengan tujuan memutus mata rantai penularan.

"Tetapi untuk pencegahan kita harus eliminasi pada orang-orang risiko tinggi yakni anak-anak, ibu hamil, orang yang punya penyakit bawaan, orang tua. Ini ring yang benar-benar kita lindungi supaya OTG ini tidak menularkan," urainya.

Banyak Faktor

Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X, turut buka suara terkait lonjakan penambahan kasus baru terkonfirmasi positif Covid-19 di wilayah DIY.

Menurut Sri Sultan, ada banyak faktor yang memengaruhi kenaikan kasus baru, khususnya lonjakan yang terjadi pada beberapa hari terakhir.

"Swab massal juga bisa, tapi juga (bisa) karena pergi ke luar Yogya pulang bawa penyakit juga bisa," bebernya saat ditemui di Kompleks Kepatihan Yogyakarta, Selasa (21/7/2020).

Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X
Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X (Tribun Jogja/ Kurniatul Hidayah)

Ia pun mengatakan bahwa dengan deteksi awal melalui swab yang sudah berjalan, harapannya transmisi lokal yang akhir-akhir ini mendominasi kasus baru dapat ditekan.

"Harapan kita antar tetangga, antar warga, jangan terjadi dulu. Ngontrolnya susah. Kalau gelem  (mau) pada tinggal di rumah ya sehat. Kalau pergi-pergi risikonya besar. Kalau keluar dari Yogya, masih di Jawa kan semua masih merah. Risikonya kan besar," ungkapnya. (*)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved