Pemkab Gunungkidul Siapkan Anggaran Tak Terduga Untuk Tangani Virus Corona
Pemkab Gunungkidul Siapkan Anggaran Tak Terduga Untuk Tangani Virus Corona
Penulis: Alexander Aprita | Editor: Hari Susmayanti
TRIBUNJOGJA.COM, GUNUNGKIDUL - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Gunungkidul hingga saat ini masih berjuang dalam menangani pandemi COVID-19.
Anggaran yang disediakan pun telah terpakai untuk berbagai kegiatan.
Kepala Badan Keuangan dan Aset Daerah (BKAD) Gunungkidul Saptoyo mengungkapkan untuk menangani COVID-19, Pemkab mengalokasikan dana sebesar Rp 51,9 miliar lebih.
"Hingga saat ini dana yang sudah digunakan sebesar Rp 43, 2 miliar lebih, sehingga sekarang tersisa Rp 8,6 miliar," jelas Saptoyo pada wartawan, Senin (20/07/2020).
Ia menjelaskan, dana tersebut sebagian besar sudah digunakan untuk berbagai kegiatan di sejumlah Organisasi Perangkat Daerah (OPD). OPD tersebut terutama yang terlibat langsung dalam penanganan COVID-19.
Beberapa di antaranya seperti Dinas Kesehatan, Dinas Sosial, RSUD Wonosari, RSUD Saptosari, hingga BPBD.
Dana tersebut digunakan untuk jaminan perlindungan sosial (JPS), pengadaan masker, hingga fasilitas kesehatan.
"Tiap kegiatan sudah ada pagunya dan sudah banyak dikeluarkan untuk berbagai kegiatan," ujar Saptoyo.
• Vaksin Virus Corona atau Covid-19 Sudah Tiba di Indonesia
• 23 Pendonor dari DIY Diusulkan Terima Satya Lencana, Sudah Donorkan Darah Lebih Dari 100 Kali
Walau anggaran yang dialokasikan mulai menipis, Pemkab masih bisa mengandalkan anggaran belanja tak terduga. Anggaran yang tersedia mencapai Rp 156,6 miliar.
Angka ini bertambah signifikan setelah pembahasan APBD 2020. Sebab sebelumnya pagu belanja tak terduga hanya mencapai Rp 4 miliar.
Penambahan ini merupakan hasil refocusing Sejumlah anggaran untuk penanganan COVID-19.
"Setelah refokusing bertambah jadi Rp 210,7 miliar lebih, dan yang dialokasikan untuk penanganan COVID-19 mencapai Rp 51,9 miliar," kata Saptoyo.
Lewat penambahan dan masih ada dana tak terduga, Saptoyo mengatakan saat ini Pemkab Gunungkidul tidak khawatir akan kehabisan dana untuk penanganan COVID-19.(Tribunjogja/Alexander Ermando)