Digempur Proyek Strategis Nasional, DPKP DIY Khawatir Program Lumbung Mataram Terganggu
Dari 104.000 hektar, DPKP merinci 72.000 hektar diperuntukkan lahan pertanian, sementara 32.000 hektar sisanya untuk lahan cadangan.
Penulis: Miftahul Huda | Editor: Muhammad Fatoni
Ia menyadari akan ada kerusakan ekosistem dari lahan yang digunakan untuk pembangunan infrastruktur.
Terlepas dari itu, program Lumbung Mataram diharapkan mampu menjadi kebiasaan baru dalam pertanian di DIY.
Ia menegaskan, kesulitan dalam pengembangan program tersebut bukan datang dari pembangunan infrastruktur.
Melainkan, program tersebut terkendala lantaran minat para petani yang kurang merespon dengan konsisten.
"Kami sudah membentuk kelompok. Ada yang fokus pembenihan, produksi, dan penjualan. Namun mereka kurang konsisten. Kadang tahun pertama jalan, tahun kedua tidak jalan," imbuhnya.
Pihaknya kini semakin khawatir dengan adanya gangguan pada saluran irigasi selokan Mataram.
Diperkirakan 31 hektar lahan pertanian di Desa Tamannartani, Kecamatan Kalasan, Kabupaten Sleman terganggu suplai airnya.
"Meski sekarang ini mulai diperbaiki, namun suplai air pasti akan terganggu untuk wilayah sana," tuturnya.
Program Lumbung Mataram itu sendiri sudah mulai dijalankan. Namun, Pemda DIY masih memiliki pekerjaan rumah berupa membiasakan masyarakat untuk bergotong royong dalam program tersebut.
Secara mekanisme, DPKP DIY sudah membentuk klaster yang berjumlah 25 petani untuk satu kelompoknya.
Mereka diberdayakan untuk pembibitan, produksi, dan penjualan. Kendalanya untuk saat ini, para petani enggan menyiapkan pembibitan untuk produksi tahun berikutnya.
"Akhirnya tidak konsisten. Kami sengaja hanya membetuk lingkup keci dulu. Mereka juga bukan dari gapoktan," pungkasnya. (*)