Deformasi Gunung Merapi Dinilai Cukup Besar, Terbentuknya Kubah Lava Bisa Jadi Indikator
Deformasi Gunung Merapi tersebut memiliki laju deformasi lebih kurang 0,5 cm/hari, hal itu dinilai cukup besar
Penulis: Maruti Asmaul Husna | Editor: Muhammad Fatoni
Subandrio mengungkapkan, terbentuknya kubah lava baru pun telah ia harapkan sejak letusan 3 Maret 2020.
Sebab, menurut pengalamannya erupsi Gunung Merapi pada akhirnya akan selalu muncul kubah lava.
Ditanya tentang antisipasi yang perlu dilakukan masyarakat di sekitar Merapi, Subandrio menjawab masih dibutuhkan waktu cukup lama jika terbentuk kubah lava sampai terjadinya puncak erupsi.
“Kalau muncul kubah lava baru sampai terjadi puncak erupsi yang berupa awan panas guguran tampaknya butuh waktu yang agak lama. Erupsi Merapi itu kembali ke tipe Merapinya sendiri, butuh waktu kalau mengacu pengalaman yang terakhir yakni tipe Merapi 2006. Saat itu kubah lava muncul April, baru ada puncak erupsinya 14 Juni. Jadi tiga bulan. Kubah lava yang terbentuk itu sebenarnya menjadi kunci, sampai volumenya mencapai titik kritis baru terjadi longsor,” bebernya.

Terpisah, Kepala BPPTKG Yogyakarta, Hanik Humaida, menjelaskan satu bulan menjelang erupsi 2006, deformasi terukur sebesar 130 cm dari Pos Kaliurang (sektor selatan) dan 20 cm dari Pos Babadan (sektor barat laut).
“Perilaku deformasi saat ini lebih mengikuti perilaku deformasi menjelang erupsi 2006. Demikian juga perilaku erupsi nantinya diperkirakan akan mengikuti perilaku erupsi 2006,” tambahnya.
Ia menerangkan, hingga hari ini, potensi ancaman bahaya masih di bukaan kawah utama, yaitu di sektor tenggara-selatan atau Kali Gendol. (*)