Deformasi Gunung Merapi Dinilai Cukup Besar, Terbentuknya Kubah Lava Bisa Jadi Indikator
Deformasi Gunung Merapi tersebut memiliki laju deformasi lebih kurang 0,5 cm/hari, hal itu dinilai cukup besar
Penulis: Maruti Asmaul Husna | Editor: Muhammad Fatoni
Laporan Reporter Tribun Jogja, Maruti Asmaul Husna
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA – Gunung Merapi mengalami deformasi atau perubahan bentuk pada permukaan tubuh gunung api lebih kurang sebesar 7 cm, sejak terjadinya letusan 21 Juni 2020 hingga hari ini, Kamis (9/7/2020).
Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta menyebutkan, deformasi Gunung Merapi tersebut memiliki laju deformasi lebih kurang 0,5 cm/hari.
Mantan Kepala BPPTKG Yogyakarta, Subandrio, menilai deformasi dengan laju 0,5 cm yang terukur dari reflektor Babadan itu cukup besar.
Ia mengatakan, pada Gunung Merapi deformasi yang terjadi tidak simetris antara masing-masing arah yang diukur, di antaranya dari Selo, Babadan, Kaliurang, dan Deles.
“Umumnya yang terbesar dari Kaliurang atau ke arah selatan. Dari pengalaman erupsi 2006 dan 2010, itu indikasi kuat bahwa deformasi terbesar itu akan menunjukkan ke mana arah letusannya,” ujar Subandrio saat dihubungi Tribunjogja.com, Kamis (9/7/2020).
• Sultan Pastikan Pembebasan Lahan Tol Yogya-Solo Tidak Ada Perubahan
• Gempa Bumi Jepara Tak Berdampak pada Aktivitas Gunung Merapi
Namun, lanjutnya, saat ini dari Pos Kaliurang sudah tidak bisa terukur sebab reflektor bermasalah.
“Tapi kalau mengacu pada hasil erupsi 2006 dan 2010 ya, kalau Babadan sampai terjadi inflasi (penggembungan) 0,5 cm per hari itu cukup besar,” tuturnya.
Subandrio memprediksi adanya dua kemungkinan arah erupsi ke depan.
“Karena Kaliurang enggak bisa terukur, kalau Kaliurang tetap lebih besar itu erupsinya tetap ke arah selatan. Tapi dengan adanya deformasi ke Babadan yang cukup besar, jangan-jangan terjadi perubahan arah,” ungkapnya.

Meskipun, tambah dia, sampai saat ini berdasarkan statistik erupsi Gunung Merapi, 90 persen kemungkinan arah erupsi mengikuti bukaan kawah.
Terkait deformasi yang terjadi, Subandrio mengatakan ada dua aspek indikasi.
Pertama, indikasi akan adanya kubah lava baru, itu artinya terjadi erupsi magmatis dengan membentuk kubah lava.
Kedua, juga mengindikasikan ke mana arah erupsi akan terjadi.
“Kalau laju inflasi sudah berhenti, kemungkinan besar akan keluar kubah lava atau bentuk erupsi eksplosif. Tetapi, dugaan saya akan membentuk kubah lava. Itu nanti tergantung perkembangan data yang lain, seismik bagaimana, jenis gempa yang muncul apa saja juga harus diperhitungkan,” urainya.
• Gunung Merapi Masuki Fase Intrusi Baru, Warga Sekitar Lereng Masih Beraktivitas Normal
• Kubah Lava Gunung Merapi Mengecil Lebih dari Setengah Sejak September 2019
Subandrio mengungkapkan, terbentuknya kubah lava baru pun telah ia harapkan sejak letusan 3 Maret 2020.
Sebab, menurut pengalamannya erupsi Gunung Merapi pada akhirnya akan selalu muncul kubah lava.
Ditanya tentang antisipasi yang perlu dilakukan masyarakat di sekitar Merapi, Subandrio menjawab masih dibutuhkan waktu cukup lama jika terbentuk kubah lava sampai terjadinya puncak erupsi.
“Kalau muncul kubah lava baru sampai terjadi puncak erupsi yang berupa awan panas guguran tampaknya butuh waktu yang agak lama. Erupsi Merapi itu kembali ke tipe Merapinya sendiri, butuh waktu kalau mengacu pengalaman yang terakhir yakni tipe Merapi 2006. Saat itu kubah lava muncul April, baru ada puncak erupsinya 14 Juni. Jadi tiga bulan. Kubah lava yang terbentuk itu sebenarnya menjadi kunci, sampai volumenya mencapai titik kritis baru terjadi longsor,” bebernya.

Terpisah, Kepala BPPTKG Yogyakarta, Hanik Humaida, menjelaskan satu bulan menjelang erupsi 2006, deformasi terukur sebesar 130 cm dari Pos Kaliurang (sektor selatan) dan 20 cm dari Pos Babadan (sektor barat laut).
“Perilaku deformasi saat ini lebih mengikuti perilaku deformasi menjelang erupsi 2006. Demikian juga perilaku erupsi nantinya diperkirakan akan mengikuti perilaku erupsi 2006,” tambahnya.
Ia menerangkan, hingga hari ini, potensi ancaman bahaya masih di bukaan kawah utama, yaitu di sektor tenggara-selatan atau Kali Gendol. (*)