Selama Pandemi Covid-19, Skripsi Boleh Diganti dengan Mata Kuliah Setingkat

Apabila skripsi memberatkan mahasiswa, maka boleh digantikan dengan mata kuliah yang setingkat.

Penulis: Noristera Pawestri | Editor: Muhammad Fatoni
istimewa
Rektor UNY, Prof Dr Sutrisna Wibawa, M Pd 

TRIBUNJOGJA.COM, SLEMAN - Selama masa pandemi Covid-19, tugas akhir berupa penyusunan skripsi boleh digantikan dengan mata kuliah atau kerja praktik.

Hal tersebut dilakukan untuk memudahkan mahasiswa dalam mengikuti perkuliahan di tengah pandemi.

Kepala Bagian Akademik Kemahasiswaan dan Sumber Daya LLDIKTI Wilayah V Yogyakarta, Tunggul Priyono, mengatakan apabila skripsi memberatkan mahasiswa, maka boleh digantikan dengan mata kuliah yang setingkat.

"Bukan ditiadakan ya, tapi dialihkan dengan mata kuliah mungkin kerja praktik. Di dalam kerja praktik dulu sekaligus ditulis sebagai skripsinya antara lain seperti itu untuk mensiasati anak anak yang sekarang skripsi itu keluar dari rumah," katanya Kamis (2/7/2020).

Tunggul menyebut tidak ada dasar hukum ataupun surat edaran terkait penerapan kebijakan tersebut di setiap kampus.

"Dasar hukum memang tidak ada, artinya ini kebijakan dari LL Dikti supaya menempuh itu. (Skripsi) bukan ditiadakan, sekali lagi, tetapi diganti dengan metode yang lain," jelasnya.

Secara terpisah, Rektor UNY, Sutrisna Wibawa, mengungkapkan skripsi tetap ada di kampus UNY.

Hanya saja formatnya diubah dan disesuaikan dengan kondisi sekarang ini

"Mungkin diubah obyeknya, kemudian populasinya yang semula di A bisa di B. Yang semula di sekolah formal bisa di keluarga, pokonya yang memungkinkan untuk bisa pengambilan data," kata dia.

Rektor mengatakan alasan kampus tetap mengadakan skripsi karena skripsi memiliki substansi ilmu.

Sehingga dengan adanya skripsi mahasiswa bisa belajar mulai dari latar belakang masalah, identifikasi masalah, merumuskan dan mencari jawabannya, hingga mengambil kesimpulan.

"Kita menekankan pada prosedur ilmiah, obyek, data itu semua menyesuaikan yang mungkin bisa," paparnya.

Sebab menurut dia, prosedur ilmiah itu harus menjadi pengalaman bagi mahasiswa.

Oleh sebab itu kampus menekankan bagaimana prosedur ilmiah itu menjadi pengalaman untuk mahasiswa.

"Mengenai data itu bisa data sekunder lalu data yang memungkinkan bisa diambil di masa pandemi. Jadi scope-nya bisa diperkecil," ungkapnya

Halaman
12
Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved