Penjelasan BPPTKG Yogyakarta soal Kubah Lava Gunung Merapi yang Kian Mengecil, Apa yang Terjadi?
Sebelum 19 September 2019 kondisi kubah lava 2018-2019 masih utuh atau terbentuk sempurna dengan volume 468.000 m3, kini tinggal 200.000 m3
Penulis: Maruti Asmaul Husna | Editor: Muhammad Fatoni
“Sehingga kubah lava sudah lebih kecil separuhnya dari September 2019. Jadi awan panasnya semakin kecil,” imbuhnya.
Ia menambahkan, pasca 2010 Gunung Merapi mengalami migrasi magma kembali. Indikasinya terjadi letusan-letusan freatik. Secara singkat, terdapat 7 fase yang teridentifikasi dari data-data pemantauan terhadap aktivitas Gunung Merapi.
“Tahap terakhir atau fase ke-7 yang sedang berlangsung di Gunung Merapi saat ini adalah fase intrusi magma di dalam conduit dalam,” tuturnya.
• Gunung Merapi Mengalami Deformasi di Sektor Barat Laut Pasca-erupsi 21 Juni 2020
• Puncak Merapi Terkikis 19.000 Meter Kubik Pasca-erupsi 21 Juni 2020
Ia menjelaskan, fase ke-7 ini adalah tahap yang menarik, sebab memiliki ciri yang mirip dengan fase ke-2, yaitu intrusi conduit dalam. Fase ini ditandai dengan letusan-letusan eksplosif diiringi dengan kegempaan dalam.
“Aktivitas Merapi saat ini memasuki fase instrusi baru, yaitu fase ke-7. Jika tekanan magma kuat maka erupsi akan dapat berlangsung kembali. Namun, jika tidak maka instrusi magma akan berperan sebagai sumbat yang mengakhiri siklus erupsi 2018-2019,” papar Agus.

Agus menambahkan, letusan-letusan yang kemarin terjadi serupa dengan letusan-letusan yang terjadi sejak 2018, bahkan sejak 2012.
Secara total, kata dia, sejak 2012 telah terjadi 35 kali letusan eksplosif Gunung Merapi. “Selama terjadi letusan-letusan itu memang tidak membahayakan masyarakat di luar radius 3 km. Namun, cukup membahayakan di dalam radius 3 km karena ada lontaran-lontaran batu, sehingga kami sarankan sejak 2013 pendakian di puncak Merapi ditiadakan,” pungkasnya.
( tribunjogja.com / maruti a husna )